INDOZONE.ID - Menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, kerap diwarnai dengan munculnya fenomena peningkatan penjualan produk muslimah, terutama busana muslim, yang semakin menggeliat dalam beberapa tahun terakhir. Setiap tahunnya, menjelang bulan suci ini, permintaan akan busana muslim, hijab, dan aksesoris terkait mengalami lonjakan signifikan.
Hal ini sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk memperbarui pakaian mereka, terutama untuk kegiatan ibadah, maupun untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri. Penjualan busana muslim ini bukan hanya terjadi di toko offline, tetapi juga berkembang pesat di pasar digital, mengingat meningkatnya adopsi e-commerce di kalangan konsumen muslim.
Dari sisi ekonomi, fenomena ini dapat dilihat sebagai potensi pasar yang besar. Masyarakat muslim cenderung mengalokasikan anggaran belanja mereka lebih banyak pada bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran, sehingga menciptakan permintaan yang cukup tinggi terhadap produk-produk muslimah, khususnya busana.
Tidak hanya dari konsumen lokal, pasar global juga menunjukkan antusiasme yang sama, di mana banyak brand internasional mulai menyasar pasar busana muslim dengan desain yang sesuai dengan tren dan kebutuhan konsumen muslim masa kini.
Di sisi lain, banyak public figure yang ikut terjun ke bisnis busana muslimah, seperti para selebritas dan influencer, yang melihat celah ini sebagai peluang untuk memperluas bisnis dan meningkatkan engagement dengan pengikut mereka.
Keberadaan public figure yang terjun ke bisnis ini turut memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian, karena mereka sering kali menjadi trendsetter dan memiliki pengaruh yang besar di kalangan pengikut mereka. Dengan adanya tren ini, semakin jelas bahwa permintaan terhadap busana muslimah tidak hanya dipicu oleh faktor kebutuhan praktis semata, tetapi juga oleh faktor emosional yang terkait dengan gaya hidup dan citra sosial yang ingin ditampilkan oleh konsumen.
Kebutuhan Baju Baru setiap Hari Raya
Setelah mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) Lebaran, antusiasme masyarakat untuk berbelanja online maupun offline cenderung meningkat. Hal ini terutama terlihat pada kategori Fashion Busana Muslim, yang mencatat lonjakan transaksi secara signifikan. Tren tersebut dipengaruhi oleh berbagai aspek, seperti kebiasaan mengenakan pakaian baru saat Lebaran serta perkembangan mode busana muslim yang terus berubah setiap tahun.
Kenaikan permintaan ini memberikan pengaruh besar, baik bagi produsen, penjual, maupun sektor ekonomi secara keseluruhan. Dikutip melalui jurnal Universitas Negeri Surbaya berjudul 'Pengaruh Meningkatnya Permintaan terhadap Busana Muslim Menjelang Lebaran', permintaan konsumen merupakan jumlah barang dan jasa yang dibeli dalam berbagai situasi serta tingkat harga.
Permintaan juga bisa diartikan sebagai sejumlah barang dan jasa yang dibutuhkan konsumen, disertai dengan kesediaan dan kemampuannya untuk membeli pada tingkat harga, waktu, serta tempat tertentu.
Salah satu faktor utama yang mendorong peningkatan permintaan busana muslim menjelang Hari Raya adalah budaya masyarakat yang ingin tampil prima di hari yang penuh makna. Tingginya permintaan busana muslim juga berkontribusi pada peningkatan aktivitas ekonomi di Indonesia. Dengan mayoritas penduduk yang beragama Islam, perayaan Idul Fitri memiliki dampak ekonomi yang cukup signifikan. Salah satu perusahaan busana muslim melaporkan bahwa terdapat peningkatan transaksi sebesar 20-30 persen dibandingkan dengan hari-hari biasa.
Baca Juga: 8 Potret Selebriti Dunia Tampil Menawan dengan Batik Indonesia
Pakaian seperti gamis, baju koko, hijab, serta aksesori pelengkap lainnya menjadi pilihan utama bagi konsumen. Selain itu, berbagai penawaran menarik seperti promosi dan diskon besar dari marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, dan TikTok Shop, serta toko offline, semakin mendorong minat masyarakat untuk berbelanja lebih awal.
Cikal Bakal Bisnis Busana Muslim
Dengan semakin populernya busana Islami di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir, fashion Muslim menjadi topik yang semakin hangat di kalangan pemakai busana Islami. Fashion Muslim Indonesia terdiri dari berbagai gaya dan tren, yang dipengaruhi oleh faktor transnasional namun tetap mempertahankan cita rasa lokal.
Dalam beberapa dekade terakhir, busana Islami di Indonesia mengalami perkembangan pesat, baik dalam hal tren maupun sebagai sektor industri. Busana Muslima, yang merujuk pada pakaian wanita Muslim, mencakup berbagai jenis pakaian yang melibatkan penutup kepala.
Seiring dengan semakin berkembangnya tren busana Islami, berbagai gaya baru bermunculan, menjadikan fashion Muslim semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini diungkap dalan Jurnal yang ditulis Eva F. Amrullah Ph.D dalam 'Indonesian Muslim Fashion Styles & Design' yang diterbitkan Australian National University pada 2008 silam. Pertanyaan utama adalah apa yang mendorong perkembangan ini dan bagaimana desainer Indonesia terlibat dalam industri fashion Muslim global.
Istilah untuk busana Islami di Indonesia terkadang membingungkan, terutama jika dibandingkan dengan istilah yang digunakan di Timur Tengah. Kerudung biasanya merujuk pada selendang panjang yang menutupi rambut, sedangkan jilbab adalah kain panjang yang menutupi tubuh kecuali wajah dan tangan.
Pemakaian busana Islami tidak hanya mencerminkan kesalehan pribadi, tetapi juga identitas individu dan komunal. Beberapa orang menjadikannya bagian dari gaya hidup, sementara di lingkungan tertentu seperti pesantren, ini diterapkan secara top-down. Sejak 2001, pemerintah Indonesia menerapkan otonomi daerah yang memungkinkan provinsi seperti Aceh dan Sulawesi Selatan untuk mengadopsi hukum Syariah, termasuk kewajiban mengenakan busana Islami.
Baca Juga: Tajikistan Larang Pemakaian Hijab Meski Penduduknya Mayoritas Muslim, Ini Alasannya!
Pengaruh luar negeri juga memainkan peran penting dalam perkembangan busana Islami di Indonesia. Ulama dan pedagang yang datang ke Indonesia membawa gaya busana dari negara asal mereka, terutama dari Arab Saudi dan Yaman. Shalwar qamiz, misalnya, lebih populer daripada abaya Arab karena lebih mirip dengan pakaian lokal Indonesia seperti baju kurung atau kebaya panjang. Selain itu, para wanita lulusan universitas Islam Timur Tengah, seperti al-Azhar, juga membawa gaya busana baru yang mempengaruhi tren busana Islami di Indonesia.
Selain menciptakan gaya baru, desainer Indonesia juga mulai mengembangkan bahan kain sendiri, seperti tenun tradisional Indonesia dan batik, yang digunakan dalam desain busana Muslim. Bahkan gaya busana Islami yang konservatif seperti abaya dan cadar kini mendapatkan sentuhan Indonesia, dengan bordir dan manik-manik khas Indonesia.
Beberapa nama di era akhir 70-an hingga 80-an, nama seperti Ida Royani yang saat itu memutuskan untuk berhijab juga menjadi salah satu pionir desain busana Muslim di Indonesia. Seperti yang Indozone lihat di kanal LDII TV, Ida Royani mencoba mengembangkan busana dan desainnya sendiri yang dibuat dari luar negeri.
Baca Juga: Geliat Industri Busana Muslim di Negeri Paman Sam
"Waktu awal dulu aku buatnya di Itali. Made in Itali tapi by Ida Royani. Itu dulu fenomenal banget, dan masih sampai sekarang," kata Ida.
Sebagai orang yang awal memulai busana muslim masih jarang peminatnya, namun istri dari Keenan Nasution ini berani mencoba menaruh warna-warna di busana muslim. Ia sempat mendapat cibiran lantaran membuat busana muslim warna warni, dimana saat itu busana Muslim masih diasosiakan dengan warna bewarna putih.
Sementara itu, desainer busana muslim terkenal Indonesia, Itang Yunasz menegaskan bila saat mengembangkan desain untuk busana muslim, ia mencoba mencari ciri khas kelokalan Indonesia agar tak selamanya bergaya Timur Tengah.
"Waktu saya memulai berbinis saat itu, istri saya yang baru melahirkan anak kedua kami, Kamila. Istri saya bilang dia ingin pakai busana Muslim tapi tidak mau yang terlihat terlalu gombrang kayak di Arab. Sehingga akhirnya saya buat bekerja sama dengan teman untuk membuat buku 'Spiritual Beauty' yang nantinya digunakan untuk pemula yang mau berbisnis fashion muslim," kata Itang Yunasz saat ditemui Indozone beberapa waktu lalu.
Selebriti yang Melirik Bisnis Busana Muslim
Hj Ida Royani dan Itang Yunasz adalah salah satu pioneer awal yang ikut menggeluti bisnis dari beberapa dekade berlalu. Karyanya bukan hanya sekedar terkenal di mancanegara saja, namun juga sampai internasional.
Ida Royani yang pernah diwawancara oleh TV Belanda zaman dulu karena disebut pertama kali ada desainer busana muslim, bukan hanya di Indonedia, tapi juga di dunia. Sementara Itang Yunasz yang awalnya mendesain busana umum, kini juga memiliki produknya sendiri untuk busana muslim baik untuk pria maupun wanita.
Di era kekinian, beberapa selebriti juga memutuskan untuk mengambil jalur yang sama dengan para pendahulunya. Dari Laudya Cynthia Bella, Syahrini, Dewi Sandra, Zaskia Adya Mecca, Natasha Rixky hingga paula verhoeven menjadi beberapa selebrit yang telah membuktikan bisnis hijab lebih dari sekadar peluang ekonomi; itu juga merupakan refleksi dari gaya hidup dan nilai-nilai yang mereka anut.
Selain menyediakan barang untuk keperluan menutup aurat dengan modis, para selebriti ini juga menjadi dekat dengan para penggemar mereka melalui rancangan yang mereka buat. Sebut saja Paula Verhoeven yang memiliki mereka dagang Amapoela.
"Dari dulu saya ingin punya brand fashion karena saya seorang model. Saya juga kesulitan mencari ukuran busana karena tubuh saya tinggi. Sekarang saya di belakang layar, bikin Amapola untuk memudahkan perempuan bergaya stylist, nyaman, dan simpel," kata Paula saat diwawancara Indozone.
Baca Juga: Polri Antisipasi Aksi Terorisme Jelang Hari Raya Idul Fitri Pasca Serangan di Rusia
Paula pun memperkenalkan beberapa karyanya yang memiliki yang memiliki berbagai macam pilihan serta makna dari koleksi busana muslimnya tersebut.
"Untuk koleksi pertamanya, Amapola memilih tema Earth Series, menyesuaikan dengan filosofi nama Amapola yang melambangkan bunga. Warna-warna pilihan koleksi ini menggambarkan keindahan bunga yang tumbuh berkat berbagai elemen yang ada di bumi, seperti tanah, air, dan udara serta mencerminkan keseimbangan alam dengan energi alami yang saling mendukung," jelasnya.
Bukan Sekedar Tren Jualan
Bila digali lebih dalam lagi, para selebriti ini bukan sekedar hanya mencari untung semata, -kendati memang hal itulah yang mereka dapat-, namun lebih dari itu. Keberhasilan selebriti dalam mengembangkan bisnis hijab mencerminkan potensi luar biasa dari industri fashion Muslim di Indonesia.
Mereka tidak hanya memanfaatkan popularitas mereka, tetapi juga menunjukkan pemahaman yang mendalam mengenai selera pasar dan kebutuhan konsumen.
Untuk memasarkan merek mereka, mereka menggunakan berbagai strategi, seperti pemanfaatan media sosial dan kerja sama dengan influencer. Hal ini menegaskan pentingnya memiliki pendekatan pemasaran yang tepat agar dapat bersaing di industri yang penuh tantangan ini.
"Kita baru launching beberapa waktu lalu dan lumayan deket dan ini satu hal yang baru buat aku dan lumayan banyak pengalaman," kata Paula.
Selain itu, kualitas produk dan layanan yang prima juga memegang peranan penting dalam kesuksesan mereka. Dengan menghadirkan produk yang berkualitas dan memberikan pelayanan yang memuaskan, para selebriti ini berhasil membangun kepercayaan dan loyalitas di kalangan pelanggan mereka serta memiliki kontribusi untuk kelangsungan bisnisnya.
"Harapannya, desain Amapola menjadi pilihan yang versatile, simpel, namun dengan twist yang memberikan sentuhan unik pada setiap busana," jelas Paula. "Dari ke-10 koleksi, kami memilih Siluet A – Karena brand Amapola lebih mengutamakan kenyamanan dari sang pemakai dan lebih memudahkan dalam bergerak."
"Masih pengen berkontribusi di dunia fashion dan lebih pengin punya banyak waktu utk kliarga, terutama anak-anak aku," tambahnya.
Baca Juga: Desainer Indonesia Diduga Jual Beli Organ Manusia, Polri Koordinasi Dengan Polisi Brasil
Tren Baju Lebaran 2025
Lau bagaimana trens baju lebaran di tahun 2025 ini? Beberapa desainer dan penikmat fashion muslim tentunya memilih produk yang sesuai sedang digaungkan di zaman atau era tersebut. Kita bisa lihat contoh ketika banyak yang menyukai nuansa 'Shimer-shimer' pada lebaran beberapa tahun lalu dan kemudian menjadi tren, atau busana pilihan Syahrini lainnya yang akhirnya diikuti para penikmat busana muslim di tanah air.
Itang Yunasz yang banyak melihat tren baju muslim tahun ini menyebutkan bahwa pilihan warna dan bahan kini sedikit berubah dengan tahun sebelumnya.
"Ya kalau sebenarnya kalau dilihat 5 tahun mundur, tren baju muslim didominasi oleh warna-warna pastel, seperti dusty pink dan berbagai nuansa pink muda. Pokoknya semua-semua yang rada-rada dusty. Tapi orang-orang udah mulai jenuh dikasi baju yang warna-warna seperti itu. Dan kebetulan memang tren di dunia itu sudah nutup-nutupan warna. Bahkan tren dunia itu sudah gila banget sekarang," kata Itang Yunasz saat diwawancara doorstop dalam acara press conference beberapa waktu lalu.
Ia juga melihat banyak penikmat busana muslim mulai memikir warna yang solid dan strong. Banhkan warna hitam yang dulu jarang dibeli kini juga menjadi perhatian.
Baca Juga: Vegetarian, 5 Selebriti Cantik Indonesia Ini Tidak Konsumsi Daging
"Nah hitam itu adalah warna yang bisa menjadi sesuatu. Warna hitam ini dicampurin, nanti ada bentuk border warna maroon, ada hijau ada segala macam. Untuk membutuhkan sebuah warna di dalam satu hitam itu kita juga membutuhkan lagi uh warna warna lain yang solid untuk celananya, untuk jaketnya, untuk kerudungnya seperti itu," tambahnya.
"Nah, kayaknya nih dari mulai tahun lalu ke tahun sekarang sampai ke tahun 2006 ini warna solid yang meletup-letup keluar lagi seperti warna wine warna merah maroon, terus warna hijau botol hijau emerald, terus birunya juga biru musafir."
Sesuai dengan tradisi dan budaya Indonesia yang kaya, maka ada penambahan motif atau corak yang unik yang disuguhkan dalam produk busana muslimnya. Sebut aja nuansa kedaerahan, seperti dari Palembang atau Padang dan masih banyak lagi tren lainnya.
"Kembali lagi bahwa kita itu kan hidup di Indonesia. Kita juga harus memikirkan bagaimana kita bisa mengembangkan dunia modest fashion dengan harapan masyarakat dapat mengenali ciri khas Indonesia melalui motif-motif yang digunakan. Kita punya beberapa macam motif. Misal dari Palembang saja, sudah ada blongsong dan songket. Dari Padang, juga terdapat berbagai jenis kain khas lainnya," jelas Itang Yunasz.
Kombinasi antara kualitas produk, desain yang inovatif, dan pemanfaatan media sosial yang efektif telah menjadikan bisnis busana Muslim selebriti sebagai pilihan utama bagi banyak orang yang ingin merayakan Lebaran dengan busana yang tepat dan penuh makna.
Dengan memanfaatkan ketenaran mereka, selebriti berhasil menciptakan koleksi hijab dan busana Muslim yang tidak hanya modis, tetapi juga menggambarkan keanggunan dan kesalehan. Tren ini tidak hanya merefleksikan gaya hidup, tetapi juga memenuhi kebutuhan konsumen yang ingin tampil stylish di momen spesial seperti Lebaran.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wawancara, Liputan, Analisis Redaksi