INDOZONE.ID - Acara Deklarasi Kampanye Damai Pilkada 2024 yang diinisiasi oleh KPU Jember dan digelar di Halaman Food Court KCM Jember, Selasa (24/9/2024) malam. Tidak dihadiri Paslon Cabup-Cawabup Muhammad Fawait dan Djoko Susanto (Gus Fawait-Djos).
Acara yang seharusnya dimulai sekitar pukul 19.00 WIB menjadi molor kurang lebih 1 jam. Untuk menunggu kepastian hadirnya paslon nomor urut 02 itu.
Namun pada akhirnya acara tersebut tetap berlanjut, dengan hanya dihadiri oleh Paslon nomor urut 01 Hendy Siswanto dan Muhammad Balya Firjaun Barlaman (Hendy-Gus Firjaun).
Baca Juga: Ini Wajah 4 Pasangan Kontestan Pilwalkot 2024 Parepare Yang Akan Bersaing
Terkait acara tersebut, Tim Pemenangan Paslon 02 Gus Fawait-Djos menyampaikan alasan ketidakhadirannya dalam acara tersebut. Mereka menilai, KPU dianggap melangar komitmen dari kesepakatan yang dilakukan.
"Pagi tadi kami mendapat informasi dari LO Paslon Gus Fawait-Djos, yang bersama-sama di KPU dengan LO sebelah. Itu membuat komitmen bersama. Untuk hari ini, tidak ada pengerahan massa dalam bentuk apapun. Karena memang, acara malam ini adalah deklarasi kampanye damai. Jadi semuanya berkomitmen, paslon LO kami dan juga sebelah, serta diamini oleh KPU Jember," ujar Ketum Tim Pemenangan Gus Fawait-Djos, Gogot Cahyo Baskoro saat konferensi Pers di Posko Pemenangan Rumah Cinta.
"Pukul setengah tujuh tadi (19.30 WIB). Semua rombongan kita sudah lengkap ada di (Posko pemenangan) Rumah Cinta. Sudah siap untuk menghadiri acara tersebut (Deklarasi Pemilu Damai). Namun, informasi dari teman-teman tim yang sudah ada di lokasi. Ada pergerakan massa dari relawan dan pendukung sebelah. Tadi pun (panitia KPU Jember), sudah kami ingatkan semua," lanjutnya menjelaskan.
Dengan kondisi tersebut, menurut Gogot, dinilai sebagai bentuk pengingkaran komitmen. Bahkan dari konfirmasi yang dilakukan, KPU Jember juga dianggap tidak memberikan respon positif.
Baca Juga: Kasus Intoleransi oleh Oknum ASN Bekasi Berakhir Damai, Pj Wali Kota Sebut Hanya Miskomunikasi
"Kenapa ada pengerahan massa, yang itu bentuk pengingkaran untuk melaksanakan deklarasi kampanye damai. Kita tidak mendapat jawaban memuaskan. Sehingga kita (masih) menunggu," ujarnya.
"Tapi ternyata massanya bukan berkurang, malah justru bertambah. Tampaknya memang, kami menengarai mereka (massa yang banyak) bukan masyarakat umum. Jelas ada upaya pengerahan massa secara sistematis. Karena kenapa? Baju yang dipakai (warnanya) sama. Ada megaphone yang disiapkan. Kemudian juga, ada yel-yel yang sifatnya memprovokasi. Menyerang personal seterusnya dan seterusnya," sambungnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung