Senin, 25 NOVEMBER 2024 • 09:57 WIB

Iran Akan Diskusi Bahas Nuklir-Palestina dengan Prancis, Jerman dan Inggris

Author

Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi dan Wakil Kepala Organisasi Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi, di situs nuklir Natanz di Isfahan, Iran, 15 November 2024.

INDOZONE.ID - Iran akan berdiskusi membahas nuklir dengan tiga negara Eropa, yaitu Prancis, Jerman, dan Inggris, pada 29 November 2024 mendatang.

Informasi ini disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Iran pada Minggu, 24 November 2024, beberapa hari setelah Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengeluarkan resolusi yang mengkritik Iran.

Sebagai tanggapan atas resolusi tersebut yang diusulkan oleh Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat pemerintah Iran mengambil langkah balasan.

Baca Juga: Warga Iran Cemas Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Akan Tambah Derita Mereka: Kenapa?

Langkah ini termasuk mengaktifkan sejumlah alat canggih sentrifugal milik mereka, perangkat yang digunakan untuk memperkaya uranium.

Kantor berita Jepang, Kyodo, melaporkan bahwa pertemuan ini akan berlangsung pada Jumat mendatang di Jenewa, Swiss.

Langkah ini disebut sebagai upaya pemerintah Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, untuk mencari solusi atas kebuntuan nuklir sebelum pelantikan Presiden AS terpilih, Donald Trump, pada Januari 2025 mendatang.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Tipis Karena Ketegangan Iran dan Israel

Seorang pejabat senior Iran memastikan pertemuan ini akan berjalan sesuai rencana.

“Teheran selalu percaya bahwa isu nuklir harus diselesaikan melalui jalur diplomasi. Iran tidak pernah meninggalkan pembicaraan,” ujar pejabat tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, menambahkan bahwa wakil menteri luar negeri dari Iran, Prancis, Jerman, dan Inggris akan terlibat dalam pembicaraan tersebut.

Selain isu nuklir, diskusi ini juga akan mencakup isu-isu regional seperti Palestina dan Lebanon.

Baghaei tidak memberikan rincian tentang lokasi pertemuan.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Swiss, yang sering menjadi tuan rumah pembicaraan diplomatik, mengarahkan pertanyaan kepada negara-negara yang terlibat.

"Pertukaran pandangan akan mencakup berbagai diskusi regional dan topik seperti Palestina, Lebanon, serta masalah nuklir," kata Baghaei dalam pernyataannya.

Pada 2018, pemerintahan Donald Trump saat itu menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 yang melibatkan enam kekuatan besar dunia. Keputusan ini disertai dengan penerapan kembali sanksi berat terhadap Iran.

Sebagai tanggapan, Iran melanggar batas-batas yang ditetapkan dalam kesepakatan tersebut, termasuk memperkaya uranium dengan tingkat kemurnian yang lebih tinggi dan memasang sentrifugal canggih untuk mempercepat produksi.

Upaya negosiasi tidak langsung antara pemerintahan Joe Biden dan Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan tersebut belum membuahkan hasil.

Namun, selama kampanye pemilihannya pada September, Donald Trump mengatakan, “Kita harus mencapai kesepakatan, karena konsekuensinya tidak dapat diterima. Kita harus membuat kesepakatan.”

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Channelnewsasia.com