Rabu, 09 APRIL 2025 • 19:40 WIB

Fakta-fakta Bea Masuk Barang dari China Capai 104 Persen Akibat Tarif Baru Trump

Author

Presiden Donald Trump memegang perintah eksekutif yang telah ditandatangani dalam sebuah acara di Ruang Timur Gedung Putih di Washington pada tanggal 8 April 2025.

INDOZONE.ID - Kebijakan tarif baru Presiden Donald Trump resmi diberlakukan pada Rabu (9 April 2025), termasuk bea masuk sebesar 104 persen untuk barang-barang asal China.

Langkah ini semakin memperdalam ketegangan dagang global, meski di saat yang sama, Trump tengah mempersiapkan perundingan dengan beberapa negara.

Kebijakan ini mengguncang sistem perdagangan internasional yang telah berjalan selama puluhan tahun, menimbulkan kekhawatiran akan resesi global, serta membuat pasar saham dunia mengalami penurunan tajam.

Indeks S&P 500 kehilangan hampir US$6 triliun dari nilai pasarnya sejak tarif diumumkan sepekan lalu, mencatat penurunan empat hari terdalam sejak indeks ini dibentuk pada 1950-an.

Kini, indeks tersebut hampir memasuki zona bearish, yakni kondisi di mana nilainya turun lebih dari 20 persen dari puncak tertingginya.

Di Asia, penurunan pasar saham kembali terjadi pada Rabu. Indeks Nikkei Jepang turun 3 persen.

Mata uang Korea Selatan menyentuh level terendah dalam 16 tahun, dan obligasi pemerintah mengalami tekanan karena investor memilih memegang uang tunai.

Pasar saham Eropa dan Amerika juga diperkirakan akan melemah lebih jauh.

Baca Juga: Trump Minta Warga AS Sabar Usai Terapkan Tarif Dagang: Ini Revolusi, Kita Akan Menang!

Namun, pasar saham China justru tetap stabil karena adanya dukungan dari pemerintah untuk menopang harga saham domestik.

Trump memberikan pernyataan yang tidak konsisten soal masa depan tarif ini. Di satu sisi ia menyebut tarif tersebut bersifat "permanen", namun di sisi lain ia juga mengklaim bahwa tekanan tarif membuat negara lain mulai datang untuk bernegosiasi.

“Kami melihat banyak negara datang untuk mencari kesepakatan,” ujar Trump saat menghadiri acara di Gedung Putih pada Selasa sore.

Ia juga menyatakan bahwa dirinya yakin China akan mengikuti langkah tersebut untuk mencari jalan damai.

Langkah ini menjadi bagian dari perang dagang AS-China 2025 yang makin memanas menjelang pemilu mendatang, di mana isu proteksionisme perdagangan menjadi sorotan utama dalam kampanye Trump.

Saat ini, pemerintahan Trump dijadwalkan menggelar pembicaraan dengan Korea Selatan dan Jepang, dua sekutu dekat AS yang juga merupakan mitra dagang utama.

Sementara itu, Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, dijadwalkan berkunjung ke Washington pekan depan.

Wakil Perdana Menteri Vietnam sebagai negara pusat manufaktur murah di Asia yang juga terdampak cukup besar oleh kebijakan tarif ini, dijadwalkan bertemu dengan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, pada hari Rabu.

Harapan akan adanya perjanjian dagang sempat mendorong pasar saham AS naik pada Selasa pagi, namun semua keuntungan tersebut hilang menjelang penutupan pasar.

China Balas, Negara Lain Bersiap

Presiden China Xi Jinping (REUTERS/Tingshu Wang)

Tarif terhadap barang-barang dari China naik dua kali lipat dari sebelumnya 54 persen menjadi 104 persen.

Tarif ini menjadi sorotan utama karena merupakan salah satu tarif impor tertinggi yang pernah dikenakan terhadap negara mitra dagang utama seperti China.

Pemerintah AS menyebut kebijakan ini sebagai bentuk perlindungan industri dalam negeri, meskipun banyak pihak menilai tarif impor China Trump ini justru dapat memicu ketegangan lebih luas.

Sebagai respons, Beijing pun menaikkan tarif balasan untuk berbagai produk asal Amerika Serikat. Pemerintah China mengecam kebijakan ini dan menyebutnya sebagai bentuk pemerasan.

Beberapa perusahaan pialang besar di China berjanji akan bekerja sama untuk menjaga stabilitas pasar saham domestik yang terguncang akibat kebijakan ini.

Bank sentral di Selandia Baru dan India juga mulai memangkas suku bunga pada Rabu, langkah yang dinilai sebagai upaya awal untuk menahan dampak ekonomi akibat perang dagang.

Negara-negara lain pun berlomba-lomba melindungi industri strategis mereka. Korea Selatan, misalnya, meluncurkan berbagai kebijakan darurat untuk sektor otomotif, termasuk pemotongan pajak dan subsidi.

Namun, beberapa ekonom memperingatkan bahwa konsumen Amerika pada akhirnya akan menjadi pihak yang paling dirugikan karena harga barang-barang kebutuhan sehari-hari, mulai dari sepatu hingga minuman anggur, kemungkinan besar akan naik.

Baca Juga: Langkah Strategis Pemerintah Indonesia Menghadapi Tarif Impor Donald Trump

Dampak tarif Trump China juga diperkirakan akan merembet ke sektor ritel, transportasi, bahkan industri medis yang bergantung pada pasokan dari Asia.

Efek dari tarif baru ini belum akan terasa seketika, sebab barang-barang yang sudah dalam perjalanan menuju AS hingga tengah malam kemarin, akan dibebaskan dari tarif baru selama mereka tiba sebelum 27 Mei.

Survei terbaru dari Reuters-Ipsos menunjukkan bahwa hampir tiga perempat warga AS memperkirakan harga kebutuhan pokok akan meningkat dalam enam bulan ke depan.

Sekutu Juga Kena Imbas

Menteri Keuangan Jepang, Kato Katsunobu.

Tarif sebelumnya sebesar 10 persen untuk seluruh impor dari banyak negara telah diberlakukan sejak Sabtu lalu.

Sedangkan tarif tambahan yang mulai berlaku pukul 00.01 waktu AS ditujukan bagi negara-negara yang dianggap “merugikan” AS menurut Trump.

Bea masuk China 104 persen menjadi simbol terbaru dari pendekatan agresif Washington terhadap perdagangan global.

Beberapa negara sekutu dekat AS ikut terdampak, termasuk Uni Eropa yang dikenakan tarif sebesar 20 persen, ditambah bea masuk khusus untuk sektor-sektor tertentu.

Uni Eropa dijadwalkan akan menggelar pemungutan suara terkait langkah balasan pada hari Rabu.

Trump berdalih bahwa kebijakan ini merupakan respons terhadap hambatan perdagangan yang menghalangi produk-produk AS di pasar internasional.

Ia juga menuduh beberapa negara, termasuk Jepang, telah sengaja melemahkan nilai mata uang mereka untuk mendapat keuntungan dagang, namun dibantah oleh Jepang.

Menteri Keuangan Jepang pada hari Rabu menyatakan bahwa negosiasi dagang dengan AS kemungkinan juga akan menyentuh isu nilai tukar mata uang.

Trump belum menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan gelombang tarif ini.

Dalam pertemuan dengan anggota parlemen dari Partai Republik, ia menyebutkan bahwa tarif baru untuk produk impor farmasi akan segera diumumkan.

Produk farmasi selama ini termasuk kategori yang dikecualikan dari tarif baru.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Channelnewsasia.com