Ekonomi RI Alami Deflasi pada Februari 2025 Setelah 25 Tahun, BPS Sebut karena Diskon Tarif Listrik
INDOZONE.ID - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam Rilis Berita Resmi pada Senin (3/3/2025) menyebutkan bahwa kini Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,48 persen untuk deflasi bulanan atau month to month (mtm).
Hal tersebut disampaikan terjadi karena adanya penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 105,99 pada Januari 2025 menjadi 105, 48 pada Februari 2025.
Amalia mengatakan bahwa penyebab terbesar deflasi terjadi kini dikarenakan diskon tarif listrik sebesar 50 persen oleh pemerintah untuk melakukan pembayaran listrik pada bulan Januari 2025.
"Tingkat deflasi pada tarif listrik sebesar 21,03 persen dan memberikan andil dominan pada deflasi Februari 2025 sebesar 0,67 persen. Deflasi ini dikontribusikan karena adanya diskon tarif listrik sebesar 50 persen," terang Amalia Adininggar Widyasanti, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) dalam konferensi pers, Senin (3/3/2025).
Baca Juga: Pemerintah Beri Diskon Pesawat Ekonomi Domestik 14 Persen pada Masa Lebaran 2025
Adapun komoditas lainnya yang juga menjadi penyumbang terbesar serta utama dalam deflasi mtm yaitu Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga sebesar 0,52 persen dengan tingkat deflasi 3,59 persen.
Selain itu, harga bahan pokok juga menjadi komoditas yang menyebabkan terjadinya deflasi.
Daging ayam ras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, disebut Amalia mengalami penurunan harga sepanjang februari 2025 sehingga memberikan masing-masing andil sebesar 0,06 persen, 0,05 persen, dan 0,04 persen dalam deflasi.
Indonesia disebutkan juga mengalami deflasi tahunan atau year of year (yoy) sebesar 0,09% dan secara tahun kalender deflasi sebesar 1,24%.
Amalia pun menyatakan bahwa deflasi tahun ini terjadi kembali setelah 25 tahun sejak terakhir pada Maret 2000 silam.
Baca Juga: Pemda DIY - BPS Kolaborasi Siapkan Sensus Ekonomi 2026
"Berdasarkan catatan BPS, selain deflasi Februari 2025 terjadi juga deflasi yoy pernah terjadi sebelumnya pada Maret 2000,” ucap Amalia.
Pada Maret 2000, disebutkan deflasi yang dialami sebesar sebesar 1,01% yoy dengan penyebabnya yaitu penurunan IHK kala itu. Sementara komdoitas yang menjadi penyumbang deflasi terbesar saat itu adalah kelompok bahan makanan.
Sementara untuk keterangan setiap daerah di Indonesia, BPS mencatat bahwa terdapat 22 provinsi yang mengalami deflasi yoy dan sisanya mengalami inflasi.
Papua Barat tercatat menjadi provinsi terdalam yang terkena imbasnya deflasi yoy sebesar 1,98 persen, disusul Bengkulu sebesar 1,26 persen, dan Sulawesi Selatan sebesar 1,09 persen.
Penulis: Sekar Andni Wibisono Putri
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)