INDOZONE.ID - Sarekat Islam adalah organisasi pergerakan nasional yang didirikan oleh H.Samanhudi seorang pengusaha asal Solo pada tahun 1911.
Kelahiran Sarekat Islam dilatarbelakangi oleh persoalan ekonomi yang dihadapi masyarakat pribumi karena monopoli tekstil yang didominasi oleh pedagang-pedagang keturunan asing seperti China dan Arab.
Monopoli tersebut sangat kuat sehingga usaha tekstil seperti batik menempatkan masyarakat pribumi pada posisi yang lemah.
Kondisi itu dilihat secara kritis oleh H.Samanhudi yang kemudian membangun kekuatan melalui organisasi Sarekat Islam.
Baca Juga: Keluhkan Harta Disita Bank, Ratusan UMKM Curhat ke DPRD DIY Minta Asetnya Dikembalikan
Azas dan Tujuan Sarekat Islam
Sarekat Islam berdiri berlandaskan pada azas Islam, tujuannya untuk menghidupkan jiwa dagang bangsa Indonesia, memperkuat kompetensi ekonomi untuk dapat bersaing dengan bangsa asing, dan memajukan perdagangan pribumi.
Tujuan tersebut merupakan aspek ekonomi yang tidak dapat dilepaskan dari latar belakang pendirian Sarekat Islam.
Dinamika Politik
Pada awalnya, Sarekat Islam (SI) bukanlah organisasi yang bersifat radikal atau anti-kolonial. Dalam Kongres Pertama SI di Surabaya tahun 1913, SI menyatakan kesetiaannya kepada pemerintah kolonial dan menegaskan bahwa mereka bukan organisasi yang melawan negeri.
Namun, masuknya paham Marxisme dalam SI terjadi ketika Henk Sneevliet dan rekan-rekannya memperkenalkan sosialisme melalui Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV), sebuah organisasi Marxis yang didirikan pada tahun 1914.
ISDV mempengaruhi anggota SI cabang Semarang yang juga aktif dalam organisasi tersebut, seperti Semaun dan Darsono.
Baca Juga: Usut Sebab Pasti Kecelakaan 17 Kendaraan di Tol Cipularang, Polri Libatkan Tim TAA
Karena tidak ada aturan yang membatasi seseorang untuk bergabung dengan lebih dari satu organisasi, Semaun dan Darsono pun terpengaruh oleh ajaran sosialis-komunis Sneevliet.
Pengaruh ini diperkuat karena pengawasan dari pusat SI yang longgar, sehingga cabang Semarang dengan mudah terpapar paham sosialis-komunis. Pada tahun 1917, Semaun yang sudah menganut paham ini diangkat menjadi ketua SI cabang Semarang.
Meski tujuan SI dan Semaun pada dasarnya sama, yaitu memerdekakan rakyat dari penjajahan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, mereka memiliki perbedaan dalam ideologi dan prinsip perjuangan.
Pertentangan Ideologi
Pertentangan ideologi dalam tubuh Sarekat Islam (SI) tampak jelas antara pandangan HOS Tjokroaminoto selaku Ketua Pusat Sarekat Islam (CSI), dan Semaun selaku Ketua SI cabang Semarang.
Tjokroaminoto mendukung sosialisme Islam, yang mendasari pemikiran pada nilai-nilai kemerdekaan, kesamaan, dan persaudaraan berdasarkan keimanan kepada Allah SWT.
Menurut Tjokroaminoto, sosialisme Islam berbeda dengan sosialisme Barat karena fokus pada ajaran Islam dalam mencapai kehidupan masyarakat yang harmonis.
Di sisi lain, Semaun menganut sosialisme-komunisme yang menekankan kebebasan masyarakat, terutama untuk kaum buruh. Perbedaan ini memicu perdebatan yang terjadinya pada Kongres Nasional SI tahun 1917 di Jakarta.
Pada kongres tersebut, perdebatan terjadi antara Abdul Muis selaku wakil ketua CSI dan Semaun mengenai Volksraad (Dewan Rakyat) dan Indie Weerbaar (Pertahanan Hindia).
Abdul Muis memandang pembentukan Volksraad dan Indie Weerbaar sebagai ajang untuk memperjuangkan hak rakyat melalui parlementer, namun Semaun menentang ide tersebut karena menganggap kedua lembaga ini hanya akan dikendalikan oleh Belanda.
Semaun juga mengkritik pandangan Tjokroaminoto, yang dianggap kurang mendukung perjuangan kaum buruh secara langsung.
Ia menilai pendekatan Tjokroaminoto yang lebih mendorong sedekah dan zakat bagi kaum pribumi yang mampu, tidak mampu untuk membela kepentingan buruh.
Pertentangan ideologi ini menimbulkan benih perpecahan dalam SI, dengan semakin kuatnya pengaruh sosialisme-komunisme yang didorong oleh Semaun pada tahun 1917.
Lahirnya Gerakan Komunis
Kelompok Marxis dalam Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) semakin kuat dengan perubahan nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tanggal 23 Mei 1920.
Semaun ditunjuk sebagai PKI dengan Darsono sebagai wakilnya. Pada Kongres Istimewa PKI pada tanggal 24 Desember 1920, Semaun secara terbuka mengkritik Sarekat Islam (SI), menyebut bahwa organisasi tersebut sebenarnya dikendalikan oleh kaum saudagar dan pengusaha industri.
Menurut Semaun, hal ini menyebabkan SI mendukung kapitalisme yang justru merugikan pergerakan rakyat yang diperjuangkan oleh kaum buruh.
Untuk melestarikan dan mengembangkan Islam dalam Sarekat Islam (SI), Agus Salim menerapkan disiplin partai, yang mengharuskan anggota SI memilih hanya satu keanggotaan dan melarang keanggotaan ganda.
Penerapan disiplin ini menyebabkan Semaun dan pengikutnya keluar dari SI. Akibatnya, SI terpecah menjadi SI Putih yang setia kepada HOS Tjokroaminoto dan H. Agus Salim, serta SI Merah yang mengikuti Semaun dan Darsono.
SI Merah kemudian mengganti nama organisasinya menjadi Sarekat Rakyat sebagai organisasi bawah Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia Jilid V