Pembangunan 3 Rumah Dinas Resahkan Warga, Keluhkan Debu Bertebaran Karena Tak Ada Pembatas
INDOZONE.ID - Sebanyak 80 KK warga di wilayah Jalan KH. Ahmad Dahlan RT 03 RW 02 Lingkungan/Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Kaliwates, Jember. Mengeluhkan proses pembangunan dan renovasi tiga rumah dinas yang berada di tengah permukiman warga.
Pasalnya dalam proses pembangunan dan renovasi rumah dinas tersebut. Menyebabkan banyak debu bertebaran, disebabkan karena tidak adanya pembatas yang lokasinya berada di tengah permukiman warga.
Warga mengaku sudah kurun waktu sebulan ini debu bertebaran yang menyebabkan anak-anak dan masyarakat sekitar batuk juga mengalami gangguan pernapasan. Terlebih dengan cuaca kemarau yang terjadi saat ini.
Baca Juga: Tak Beri Izin Sound Horeg, Warga Jember Geruduk Rumah Kades
Terkait keluhan warga, diakui salah seorang warga Nur Hafifah sudah pernah disampaikan kepada penggarap proyek dan RT/RW setempat. Namun belum mendapat tanggapan.
"Debu ini yang jadi keluhan warga. Debunya itu kemana-mana. Apalagi pas kapan hari ada backhoe (alat berat) selama seminggu atau dua minggu. Rumah itu sampai tiap hari ngepel. Lah kalau tidak kan bagaimana. Terus juga dampak ke anak-anak kecil yang sering main-main dekat lokasi pembangunan. Ditambah juga juga jemuran kita itu, banyak yang kotor," kata Hafifah saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Selasa (20/8/2024).
Kata Hafifah, pembangunan dan renovasi di lahan seluas kurang lebih 700 meter persegi itu adalah milik pemerintah. Namun sayangnya keluhan dari warga, katanya tidak pernah digubris.
"Kalau yang saya dengar untuk membangun rumah dinas milik KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) Jember. Dari kejadian ini, kami meminta yang aman dalam proses pembangunannya. Tolong lah dikasih seng (pembatas) agar debu ataupun material itu tidak bertebaran kemana-mana," ujarnya.
Baca Juga: Kapolres Jember Ungkap Tiga Kades Diduga Terlibat Korupsi Dana Desa
"Dari awal tidak pernah ditutup, pembangunan itu kurang lebih sebulan. Terkait keluhan ini, kami bingung mau menyampaikan kepada siapa. Kepada ketua RW juga sudah, apalagi rumahnya pas di depan (lokasi pembangunan). Tapi ya gitu kok masih tetap tidak ada tindakan. Laporan sudah disampaikan kepada RT dan RW. Apalagi rumah saya pas di depan (lokasi pembangunan) juga," sambungnya.
Terkait pemberitahuan soal adanya proses pembangunan ataupun renovasi untuk rumah dinas itu. Lanjutnya, juga tidak disampaikan.
"Dari RT dan RW tidak ada omongan atau pemberitahuan. Izin pun kita tidak tahu, sudah dilakukan apa belum," ucapnya.
Ungkapan senada juga disampaikan warga lainnya Ahmad Syauqi. Katanya, kondisi debu bertebaran rawan menyebabkan penyakit terlebih dengan kondisi cuaca kemarau saat ini.
"Debunya itu sampai masuk rumah. Betul jendela dan pintu rumah ditutup, tapi kan karena angin juga masih bisa tetap masuk. Bahkan hampir setiap hari rumah saya kotor karena debu itu," ujar Syauqi.
"Terlebih dengan musim (kemarau) sekarang ini. Di keluarga saya, anak-anak batuk hampir dua mingguan. Belum lagi keluarga tetangga. Juga sama keluhan yang dirasakan," sambungnya.
Sementara itu menurut Ketua RW 02 Aprilistiawan Subekti, terkait pembangunan dan renovasi rumah dinas itu. Pihaknya mengaku hanya menerima informasi lisan.
"Itu proses pembangunan mess (rumah dinas), ada 5 titik. Dua di depan, dan tiga di belakang (tengah permukiman warga). Penggarapnya dari CV. Pelangi Nusantara, rumah dinas itu milik KPPN Jember," kata pria yang akrab disapa April itu.
Baca Juga: Pemotor Tercebur Sungai Usai Diseruduk Mobil di Jember, Jasad Ditemukan Setelah 8 Jam
Terkait keluhan soal debu, diakunya juga bertebaran. Kata April, ada juga keluhan soal lubang sumur yang sebelumnya belum ditutup.
"Kalau debu itu sudah kemarin, kemarin itu rencana pagar (sekitar pembangunan rumah dinas) tidak di bongkar. Ternyata dibongkar juga, terus saya keluar kota. Terus itu dibongkar juga," ucapnya.
"Juga kemarin ada sumur yang ditutup karena banyak anak kecil bermain di situ setiap malam. Saya takut masuk di situ. Terus saya instruksikan ke pemborongnya untuk ditutup," sambungnya.
Terkait proses pembangunan, lanjutnya, akan berlangsung lebih dari sebulan. "Mungkin dua bulanan ini selesai. Terkait adanya backhoe (alat berat) saya kurang tahu. Debu itu (benar) sampai ke tetangga. Karena saya kira hanya bangun biasa, tapi ternyata ya banyak debu itu," tuturnya.
Terpisah terkait keluhan warga tersebut, Lurah Kepatihan Awan Sugiarto mengaku sudah memberikan himbauan. Agar keluhan warga bisa mendapat respon positif dari penggarap proyek.
"Berita pembangunan itu sudah lama kami ketahui, kurang lebih satu bulan yang lalu. Waktu saya ke sana, warga bilang kalau itu pembangunan rumah dinas. Awalnya saya kira aman-aman saja, karena kalau melihat itu rumah dinas harusnya tidak akan menyalahi SOP yang ada," kata Awan.
"Ternyata ada warga yang mengadu terkait pembangunan itu, terutama pencemaran lingkungan dari debu bongkahan-bongkahan rumah itu. Kami juga belum mendapat laporan dari pelaksana proyek tersebut," sambungnya.
Dengan adanya keluhan, kata Awan, pihaknya meminta agar ada tanggapan dari penggarap proyek.
"Kami juga sudah memanggil RW, untuk menindaklanjuti terkait aduan warga tersebut.
"Kami menyuruh kepada Ketua RW untuk menyuruh pelaksana proyek menutup area pembangunan dengan menggunakan triplek atau semacamnya," ujarnya.
"Agar kemudian tidak mengganggu warga kami. Terutama anak-anak yang bermain disekitar lokasi pembangunan," sambungnya.
Awan juga menambahkan, terkait izin diakui olehnya juga belum ada secara tertulis resmi.
"Mungkin untuk ijin secara lisan sudah, tapi memang di sekitar lokasi lumayan padat pemukiman. Maka dari itu kami menghimbau kepada RT/RW untuk mengawal dan mengawasi lingkungan masing-masing. Terutama terkait dengan izin pembangunan secara tertulis," tandasnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung