INDOZONE.ID - Foto 5 anggota NU bersama Presiden Israel Isaac Herzog menimbulkan kritik keras setelah muncul di media sosial.
Kunjungan tersebut memicu perdebatan karena Indonesia tegas mendukung perjuangan Palestina.
Berikut 8 fakta pertemuan lima aktivis islam NU dan Presiden Israel yang memicu kecaman.
1. Pertemuan yang Memicu Kontroversi
Lima anggota Nahdlatul Ulama (NU) dikritik tajam setelah berkunjung ke Israel dan bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog di tengah perang di Gaza yang terus berkecamuk.
Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan secara vokal mengutuk serangan Israel di Gaza, serta memberikan bantuan kepada Palestina.
2. Sikap Pemerintah Indonesia
Pemerintah Indonesia menjauhkan diri dari kunjungan lima aktivis NU tersebut, dengan menegaskan bahwa hal itu tidak mencerminkan posisi resmi pemerintah.
"Kementerian Luar Negeri tidak dalam posisi untuk mengomentari kunjungan tersebut, yang tidak ada kaitannya dengan posisi resmi Pemerintah Indonesia," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri, Rolliasyah Soemirat.
Baca Juga: Dampak 5 Aktivis NU Temui Presiden Israel Bisa Gagalkan Kemerdekaan Palestina, Ini Kata PBNU
3. Reaksi Publik dan Media Sosial
Kunjungan ini terungkap setelah salah satu peserta, Zainul Maarif, membagikan foto grup bersama Isaac Herzog di Instagram pada 7 Juli. Hal ini memicu gelombang kecaman yang memaksa Maarif menonaktifkan kolom komentar di akunnya.
Selain Zainul, yang merupakan dosen filsafat di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), empat aktivis lainnya yang bertemu dengan Herzog adalah Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, Syukron Makmun, dan Izza Annafisah Dania.
4. Program Kunjungan Kontroversial
Menurut cendekiawan NU, Nadirsyah Hosen, program kunjungan ke Israel oleh cendekiawan Indonesia telah berlangsung selama bertahun-tahun, tetapi selalu menimbulkan kontroversi.
Pada tahun 2018, misalnya, tokoh NU Yahya Cholil Staquf dikritik karena bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
5. Kritik dari Internal NU dan MUI
Kunjungan ini disebut-sebut dilakukan dalam kapasitas pribadi, tetapi para pemimpin NU dan tokoh Islam di Indonesia mengatakan kelima aktivis ini seharusnya bertindak lebih bijak.
Walaupun mereka diundang secara pribadi melalui jaringan alumni Harvard untuk tujuan akademik dan startup, menurut Dr. Nadirsyah, afiliasi mereka dengan NU menjadi alasan utama undangan tersebut.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan "sangat menyesalkan" kunjungan tersebut di saat puluhan ribu warga Palestina telah terbunuh oleh Israel.
Ketua NU, Syafi Alielha, mengatakan pertemuan tersebut menunjukkan kurangnya pemahaman tentang kondisi geopolitik dan kebijakan NU, serta tidak mewakili organisasi.
Baca Juga: Krisis Kemanusiaan di Gaza, Israel Paksa Evakuasi 300 Ribu Warga
6. Tindakan Selanjutnya
Sekretaris Jenderal NU, Saifullah Yusuf, menyatakan NU akan mencari klarifikasi dan memanggil kelima aktivis tersebut untuk penjelasan.
Jika ditemukan melanggar prinsip-prinsip organisasi, mereka bisa dipecat dari posisi mereka di NU. Unusia juga akan mengadakan sidang etika untuk Zainul dan menyatakan kunjungan tersebut telah merusak reputasinya.
7. Sejarah Singkat dan Pengaruh NU
Didirikan pada tahun 1926, NU mempromosikan Islam moderat dan memiliki sekitar 91,2 juta anggota berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri Indonesia tahun 2019. Organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah, memiliki sekitar 60 juta anggota.
8. Kontroversi Terkait Israel
Ini bukan pertama kalinya isu terkait Israel menimbulkan kemarahan di Indonesia di tengah perang di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 39.000 orang menurut otoritas kesehatan setempat.
Pada bulan April 2024, Kementerian Luar Negeri Indonesia menolak laporan media yang menyarankan negara akan menormalkan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai imbalan keanggotaan di Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
Demikian beberapa penjelasan mengenai 8 fakta pertemuan lima aktivis islam NU dan Presiden Israel yang memicu kecaman. Kontroversi ini menunjukkan betapa sensitifnya isu hubungan dengan Israel bagi masyarakat dan pemerintah Indonesia.
Dalam situasi konflik yang terus berlanjut di Gaza, langkah-langkah yang diambil oleh individu atau kelompok yang memiliki pengaruh besar, seperti anggota NU, dapat memicu reaksi keras dari berbagai pihak.
Diharapkan terdapat lebih banyak kehati-hatian dan kesadaran geopolitik dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh publik, terutama yang terkait dengan isu-isu internasional yang kompleks dan sensitif.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Channelnewsasia.com