INDOZONE.ID - Sudah berhari-hari sejumlah Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan aksi protes atas diterapkannya Iuran Pengembangan Institusi (IPI) atau juga uang pangkal untuk mahasiswa baru yang masuk melalui jalur mandiri di luar Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Aksi protes tersebut dilakukan dengan mendirikan tenda di kawasan Balairung UGM, Karangmalang, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka meminta untuk bertemu langsung dengan Rektor UGM, Ova Emilia untuk menjelaskan terkait kebijakan yang memberatkan mahasiswa tersebut.
Salah satu di antara mahasiswa yang mengikuti aksi kemah di Balairung, Farid menyampaikan, kebijakan tersebut mulanya didorong oleh Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) yang sudah dibatalkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Nadiem Makarim.
Kendati begitu memperhatikan mahasiswa terkait uang pangkal yang mulai mencuat sejak tahun 2022. Kampus UGM katanya sempat mengeluarkan kebijakan tentang Sumbangan Penunjang Mutu Akademik (SPMA).
Baca Juga: Kisah Hubungan Bilateral Indonesia dan Israel yang Tersembunyi di Era Kepresidenan Gus Dur
“Itu bersifat sukarela, karena dalam praktiknya pada waktu itu siswa baru tidak bisa memilih iuran enol. Kita tidak tahu apakah itu kesalahan teknis atau ada intensitas di luarnya,” katanya kepada awak media, Kamis (30/5/2024).
“Sementara untuk tahun 2023, UGM membentuk Sumbangan Sukarela Penunjang Institusi (SSPI) yang juga sebagai sumbangan sukarela institusi atau uang pangkal di luar UKT. Kemudian dilaksanakannya dengan nomenklatur SSPU itu pada tahun lalu,” ujarnya.
Ia menyampaikan dalam aturan tersebut untuk UKT golongan tertinggi melalui jalur mandiri dikenakan biaya 20 persen, dan ini berlaku untuk jurusan sains dan teknologi (Saintek) dan 20 persen untuk jurusan sosial dan humaniora (soshum) di luar UKT.
“Sebenarnya ini intimidasi psikologis kepada calon mahasiswa yang pemasaranya sebagai Kampus Kerakyatan yang tanpa menerapkan uang pangkal. Itu (IPI) kan membatasi taruhlah potensi input penerimaan mahasiswa kita memitigasi hal tersebut supaya penerimaan mahasiswa UGM itu berkeadilan,” jelasnya.
“Sekarang diterapkan untuk semua jalur mandiri mandiri di semua jenjang,” imbuhnya.
Pihaknya akan menggelar akse kemah di Balairung hingga 3 Juni sampai bertemu dengan pimpinan tertinggi Kampus UGM. Kendati demikian menurutnya tidak menutup kemungkinan para pelajar akan melanjutkan tindakan mereka jika persyaratan mereka tidak dipenuhi, misalnya penghapusan IPI.
Saat diwawancarai, ia menyampaikan jika Rektor UGM, Ova Emilia masih berada di luar negeri sehingga belum bisa menemui mahasiswa yang melakukan aksi.
Sementara itu, siswa lainya yang ikut melakukan aksi, Pasquale mengajak seluruh siswa yang memiliki aktivitas kampus untuk bisa memfokuskan kegiatannya di halaman Balairung guna mengikuti aksi kemah.
“Pesan kami kepada mahasiswa UGM, pindahkan acara kalian ke Balairung. Kalau mau rapat pindah ke sini kita kolektif. Semua menunjukkan kami di sini meskipun kami melakukan banyak kegiatan kami bakal di sini karena kami tidak suka dengan kebijakan,” tegasnya.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung