Tiga Hari di Kawasan Industri PT IMIP: Seberapa Aman Para Pekerja, Kelayakan Makanan hingga TKP Kebakaran Tungku
INDOZONE.ID - Sejumlah wartawan media cetak, elektronik maupun online termasuk Indozone, diundang untuk melihat langsung kawasan tambang PT IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park) di Morowali, Sulawesi Tengah pada Rabu-Jumat (17-19/1/2024) yang baru saja terjadi insiden ledakan Tungku di salah satu perusahaan di sana.
Hal ini tidak terlepas untuk mencoba menjawab kabar dan isu-isu yang beredar di publik terkait dengan PT IMIP, terutama pasca insiden yang menewaskan 21 pekerja di salah satu pabrik di kawasan pertambangan tersebut.
Baca Juga: Polda Sulteng Bentuk Tim Gabungan Selidiki Ledakan Tungku Smelter di Morowali
Tiba di bandara khusus PT IMIP pada Rabu (17/1/2024) pukul 12.00 WITA, para pemimpin media lalu diantar menuju tempat menginap selama tiga hari kemudian lalu diperkenalkan profil dari perusahaan serta para pejabat di perusahaan tersebut.
Keliling Kawasan Industri
Tepat pukul 14.45 WITA, PT IMIP mengajak untuk keliling kawasan industri pertambangan tepatnya di industri smelter dan stainless steal serta mengunjungi museum pertambangan di sana.
Saat berada di industri smelter dan stainless yang dikelola oleh salah satu perusahaan yg ada di dalam kawasan tersebut, suasana panas dalam pabrik begitu terasa karena pabrik tersebut sedang melakukan pelelehan bahan stainless yang beroperasi 24 jam non stop.
Nampak tungku pembakaran yang ukuran sangat besar mengeluarkan kobaran api yang disebut mempunyai suhu kurang lebih 2.000 derajat celcius.
“Ini beroperasi 24 jam, gak bisa berhenti. Kalau berhenti nanti ini dingin dan butuh biaya dan waktu lagi untuk memanaskan dan melelehkannya,” ujar Hamid Mina, Managing Director PT IMIP yang turut mendampingi para jurnalis atau pemimpin media.
Selama berada di pabrik tersebut, ada pemandangan yang cukup menarik perhatian, yakni beberapa pekerja yang bekerja di dekat mesin pencetak yang begitu panas luar biasa dengan hanya memakai APD standar.
Baca Juga: Tindaklanjuti Ledakan Tungku Smelter di Morowali, Kemnaker Turunkan Pengawas Ketenagakerjaan
Padahal, secara logika bekerja di dekat suhu panas sampai 2.000 derajat celcius tentunya harus memakai baju khusus bukan baju biasa. Ini tentunya harus mendapat perhatian serius oleh pihak perusahaan. Karena insiden apa saja bisa terjadi kapan saja saat bekerja apalagi di tempat yang memang punya resiko besar.
Museum yang Menjelaskan “Apa Jadinya Dunia Tanpa Nikel”
Kunjung tersebut dibuka dengan pemaparan melalui video presentasi yang menjelaskan “Apa Jadinya Dunia Tanpa Nikel”.
Dalam museum tersebut dipamerkan mulai dari bahan mentah nikel hingga produk yang trlah dihasilkan seperti baterai untuk mobil listrik.
Ada pula peta yang mununjukan negara dan wilayah mana saja yang punya sumber daya alam nikel yang melimpah, salah satunya Indonesia, terkhusus Sulawesi yang hampir setiap provinsi punya sumber daya alam tersebut.
Tentunya ini menjadi sebuah berkah bagi daerah-daerah seperti Morowali yang punya potensi tersebut, namun di sisi lain adanya “ancaman” juga nyata khususnya masalah limbah jika tidak dikelola dengan baik dengan mengedepankan kelestarian lingkungan.
Baca Juga: Kemnaker Dalami Penyebab Ledakan Tungku Smelter di Morowali
“Kita di sini limbahnya kita daur ulang lagi untuk digunakan. Kayak air, yang keluar kemudian air itu lagi yang akan kita pakai setelah diproses. Limbah yang berbentuk pasir juga kita buat jadi batako,” ungkap Hamid.
Kelayakan Makanan untuk Puluhan Ribu Orang
Beranjak dari Museum dan setelah mengelilingi beberapa tenant, keesokan harinya tepatnya pada Kamis (18/1/2024), PT IMIP mengajak untuk melihat langsung dapur mereka yang menyediakan makanan untuk seluruh karyawan yang ada di kawasan tersebut.
Sebelumnya, Indozone mendengar kabar dari beberapa karyawan di sana yang mengeluhkan konsumsi atau makanan yang disediakan, mulai dari jenis menunya yang monoton, rasanya yang hambar hingga beberapa ditemukan ulat dalamnya.
"Kita alhamdulillah dapat makanan di sini, hanya itu saja soal menunya yang itu-itu saja. Kalau bukan nasi-sayur-ikan, ya paling diganti ayam atau daging. Untuk lauknya masih lumayan ada rasanya, tapi sayurnya hambar sekali," ujar salah satu karyawan yang enggan menyebutkan namanya kepada Indozone.
Salah satu karyawan lain menyebut, terkadang mereka tidak ambil atau makan makanan yang disediakan melainkan beli di luar. Olehnya itu mereka lebih memilih dan berharap konsumsinya bisa dalam bentuk uang makan saja, agar mereka bisa membeli dan memilih sendiri apa yang ingin dimakan.
"Sering itu makanan kita nda makan karena bosan juga dan rasanya begitu-begitu saja. Jadi kita beli di luar pakai uang sendiri. Makanya kalau bisa untuk konsumsi diuangkan saja," ungkap pekerja berhelm kuning ini.
Olehnya itu saat mendapat kesempatan mengunjungi dapur PT IMIP, Indozone memastikan langsung hal tersebut. Setiap harinya, pasokan bahan makanan selalu datang dan melalui tahapan awal yakni quality control (QC) Sampai disajikan untuk dimakan.
Secara keseluruhan terlihat layak, baik dari pasokan bahan mentahnya, gudang penyimpanan dan pendingin hingga saat disajikan dan didistribusikan.
"Dari awal masuk, kita sudah QC. Kalau tidak layak, kita gak akan ambil. Ruang penyimpanan tadi bisa dilihat kan, semua kita pastikan higienis. Jadi makanan yang kita sediakan ini layak baik untuk karyawan yang di lapangan hingga di level atas," ungkap Managing Director PT IMIP, Hamid Mina kepada Indozone.
Kebakaran Tungku Smelter PT ITSS yang Tewaskan 21 Pekerja
PT IMIP mencat 51 orang korban kecelakaan kerja akibat tungku smelter di kawasan industri PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) terbakar pada Minggu (24/12/2023) pukul 05:30 WITA.
Total korban tewas dalam kejadian itu mencapai 21 orang dimana 13 orang tenaga kerja Indonesia (TKI) dan 8 orang tenaga kerja asing (TKA).
Kejadian ini mendapat sorotan luas dan memicu pertanyaan terkait kelayakan dan keamanan pabrik-pabrik yang beroperasi di kawasan tersebut.
Baca Juga: Detik-detik Pekerja PT ITSS Morowali Nekat Lompat dari Ketinggian saat Terjadi Ledakan
Managing Director PT IMIP, Hamid Mina saat mengantar para awak media di lokasi kejadian mengungkapkan bahwa saat kejadian, Tungku tidak sedang beroperasi melainkan sedang maintenance (perawatan).
Ia menjelaskan, pemicu dari insiden tersebut karena bagian bawah tungku masih terdapat cairan pemicu kebakaran.
"Ini ledakannya gak lama. Kalau kalian pernah ke sauna gitu, itu kan yang bahan untuk penguapan itu kalau disiram air dia langsung sontak kayak meledak gitu tapi langsung turun (redup)," jelas Hamid Mina sambil memperlihatkan video ledakannya yang disiarkan di salah satu stasiun televisi.
Lokasi kejadian atau TKP saat ini masih dipasang police line dan hanya bisa dilihat dari jauh dan belum beroperasi. Pihak kepolisian sendiri masih terus menyelidiki dan memeriksa pihak-pihak terkait.
Sebagai bentuk tanggung jawab dan kepedulian perusahaan, PT IMIP telah memberikan santunan bagi para korban yang meninggal dalam musibah kecelakaan kerja PT ITSS Rp600 juta untuk masing-masing korban. Santunan ini secara simbolis diserahkan PT IMIP kepada perwakilan ahli waris dari pihak keluarga korban.
Tentunya kejadian ini harus menjadi perhatian serius PT IMIP mengingat tidak menutup kemungkinan akan terulang lagi. Dan ini terbukti, sebelum berita ini tayang, kejadian tersebut kembali terjadi di kawasan tersebut pada Jumat, (19/1/2024) malam yang mengakibatkan 2 karyawan PT Sulawesi Mining Investment (SMI) luka-luka.
Pihak PT IMIP mengungkapkan akan berkomitmen untuk selalu melakukan yang terbaik khususnya terkait keselamatan parapekerja. Mereka juga sangat terbuka terhadap kritikan dan masukan dari masyarakat khususnya media demi perubahan yang lebih baik.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Dan Wawancara Langsung