Rabu, 26 AGUSTUS 2020 • 17:31 WIB

Kemenperin Andalkan Industri Tekstil dan Farmasi Menuju Industri 4.0

Author

Ilustrasi industri tekstil. (ANTARA FOTO/Moch Asim).

Kementerian Perindustrian semakin gencar mendorong sektor manufaktur di tanah air untuk segera bertransformasi ke arah industri 4.0. Upaya strategis tersebut diyakini akan memberikan manfaat besar bagi perusahaan, terutama dalam kemampuan beradaptasi dengan kebiasaan baru sebagai dampak pandemi Covid-19.

“Langkah ini merupakan bagian dari implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, yang tentunya akan membawa keuntungan kepada sektor industri seperti peningkatan kinerja mesin dan peralatan, kecepatan operasi produksi dan kualitas produk, serta bisa compatible dengan protokol kesehatan,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Muhammad Khayam di Jakarta baru-baru ini.

Dirjen IKFT menyebutkan, kegiatan asesmen Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) bertujuan untuk mengukur kesiapan perusahaan dalam bertransformasi ke arah industri 4.0, khususnya sektor IKFT.

“Besar harapan kami bahwa melalui momen ini industri Indonesia dapat segera lepas landas dan segera mengangkasa kembali menjadi industri tangguh yang berdaya saing global,” tuturnya.

Pada kegiatan assemen ini, juga dipaparkan mengenai implementasi industri 4.0 pada sektor IKFT yang sudah berkembang dengan berbagai sistem aplikasinya masing-masing. Contohnya pada produsen tesktil PT. Eratex Djaja yang berhasil menghemat listrik, air, batubara, dan emisi gas rumah kaca setelah menerapkan teknologi industri 4.0.

Khayam pun menyampaikan, sesuai target kinerja yang telah ditetapkan oleh Kemenperin berdasarkan RPJMN tahun 2020-2024, salah satu sasarannya adalah jumlah perusahaan sektor IKFT dengan nilai INDI 4.0 lebih dari 3 bisa mencapai 11 perusahaan pada 2020, dan sebanyak 21 perusahaan di tahun 2024.

Pada INDI 4.0, skor 1-2 menunjukkan kesiapan awal implementasi industri 4.0, kemudian rentang skor 2-3 menunjukkan kesiapan sedang, dan skor empat adalah mereka yang sudah menerapkan industri 4.0.

“Kami optimistis, sektor IKFT mampu berakselerasi ke arah industri 4.0. Apalagi, Making Indonesia 4.0 menetapkan beberapa sektor binaan kami untuk menjadi pionir dalam penerapan industri 4.0 di Indonesia, yakni industri kimia serta industri tekstil dan pakaian,” paparnya.

Industri farmasi dan alat kesehatan dimasukkan ke dalam sektor tambahan pada Making Indonesia 4.0 karena memiliki kinerja yang gemilang di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19.

“Kedua sektor tersebut punya demand yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan pasar terhadap produk-produk untuk mencegah penularan virus korona baru,” jelas Khayam.
 

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: