INDOZONE.ID - Pemerintah Spanyol resmi memulai penyelidikan menyeluruh terhadap penyebab pemadaman listrik massal Spanyol yang mengganggu kehidupan jutaan warga di seluruh Semenanjung Iberia.
Kejadian luar biasa ini membuat aktivitas di berbagai sektor lumpuh, mulai dari transportasi hingga layanan komunikasi.
Pemadaman yang berlangsung hingga 20 jam di beberapa wilayah itu menimbulkan kekacauan dan kepanikan.
Baca Juga: Spanyol dan Portugal Mati Lampu Total: Penyebab dan Dampaknya!
Kini, setelah kondisi perlahan kembali pulih, fokus pemerintah tertuju pada Spanyol investigasi blackout nasional untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang.
Perdana Menteri Pedro Sanchez menyampaikan bahwa pemerintah telah membentuk komisi investigasi khusus. Ia tidak menutup kemungkinan adanya unsur sabotase terhadap infrastruktur vital negara.
“Kami akan mengambil semua langkah yang diperlukan agar kejadian ini tidak terulang kembali,” tegas Sanchez dalam konferensi persnya.
Baca Juga: 3 Fakta yang Harus Kamu Tau soal Banjir Bandang di Spanyol
Di saat yang sama, pengadilan tertinggi Spanyol, Audiencia Nacional, membuka penyelidikan terpisah atas dugaan sabotase digital. Jika terbukti, hal itu bisa diklasifikasikan sebagai tindak terorisme yang serius.
Dalam polemik yang muncul, sejumlah pihak menyebut minimnya energi nuklir sebagai salah satu penyebab mati lampu Spanyol yang melumpuhkan negara. Namun, Sanchez membantah tudingan tersebut dan menyebutnya sebagai upaya menyesatkan.
Ia menegaskan bahwa ketergantungan terhadap nuklir justru tidak menjamin pemulihan cepat, bahkan bisa memperlambat prosesnya. Dampak dari pemadaman listrik Spanyol juga terasa di negara tetangga, Portugal.
Perdana Menteri Luis Montenegro telah meminta audit sistem kelistrikan secara independen kepada Badan Kerja Sama Regulator Energi Uni Eropa (ACER). Sebuah komisi juga dibentuk untuk menilai bagaimana krisis ini ditangani oleh otoritas terkait.
Menurut analis senior Rystad Energy, Pratheeksha Ramdas, peristiwa ini menyoroti tingginya ketergantungan antara negara dalam hal pasokan energi.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Reuters