INDOZONE.ID - World Bank atau Bank Dunia, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 hingga 2027 berada pada rata-rata 4,8 persen.
Berdasarkan laporan Macro Poverty Outlook (MPO) yang dikeluarkan Bank Dunia dalam edisi April 2025, ketidakpastian kebijakan global dan domestik menyebabkan banyak investasi keluar, sehingga dapat berperngaruh pada melemahnya nilai tukar Rupiah.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan rata-rata sebesar 4,8 persen hingga 2027, namun ketidakpastian kebijakan perdagangan global berpotensi mempengaruhi investasi dan pertumbuhan," kata Bank Dunia dalam laporan Macro Poverty Outlook (MPO) yang dirilis pada Kamis, 10 April 2025.
Saat ini Pemerintah Indonesia telah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen pada 2029 mendatang melalui peningkatan investasi.
Baca Juga: Bantu Afghanistan, Bank Dunia Siap Transfer Dana Senilai Rp4 Triliun dari Donatur
Bank Dunia juga menyebutkan bahwa diperlukan reformasi struktural guna mempercepat pertumbuhan produktivitas ekonomi, serta tetap berhati-hati dalam mengelola anggaran serta kebijakan moneter.
Selain itu, Indonesia juga bisa mendorong perubahan efisiensi, seperti memperkuat sektor keuangan dan memperbaiki iklim investasi, perdagangan, serta bisnis. Hal ini dapat menjadi kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Indonesia tercatat berhasil mencapai status negara berpendapatan menengah atas pada tahun 2023 dan menargetkan menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045.
Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia perlu meningkatkan pertumbuhan ekonominya hingga minimal 6 persen.
Pada tahun 2024, pertumbuhan PDB Indonesia tetap kuat di angka 5,0 persen didorong oleh tingginya permintaan domestik dan belanja pemilu.
Namun, rasio pendapatan negara terhadap PDB diperkirakan hanya sebesar 12,7 persen, terendah di antara negara-negara berpendapatan menengah.
Bank Indonesia juga menyebutkan bahwa Indonesia berhasil menekan angka inflasi menjadi 2,3 persen dari sebelumnya 3,7 persen pada 2023.
Sektor pertanian dan sektor jasa menjadi penyumbang utama dalam pertumbuhan, sementara sektor manufaktur, terutama tekstil mengalami penurunan dan menyebabkan peningkatan pemutusan hubungan kerja hingga 20,2 persen.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: World Bank