Simposius Pesantren bersama Kementerian Agama RI dan PBNU di Gedung Fisipol UGM, Selasa (8/10/2024)
INDOZONE.ID - Dengan sejarah panjang pesantren sebagai pusat aktivitas masyarakat, lembaga tersebut berkembang secara masif di Indonesia. Ditambah, pesantren menjadi sentum penghidupan masyarakat, baik dari segi keilmuan juga pemberdayaan masyarakat.
Kendati demikian, Kementerian Agama Republik Indonesia, Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada telah menggelar acara Simposium Pesantren 2024 pada Selasa (8/10/2024) yang bertajuk “Strategi Penguatan Pesantren sebagai Pilar Masa Depan Indonesia”. Simposium ini bertujuan untuk memetakan isu-isu strategis pesantren.
Selama lebih dari dua dekade, pesantren membuktikan relevansinya sebagai institusi pendidikan asli Indonesia yang terus berkembang. Tidak hanya menjadi institusi belajar, pesantren mengembangkan dirinya sebagai penerus dari kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan.
Hal ini sejalan dengan UU Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren yang menegaskan peran strategis pesantren dalam tiga bidang utama yaitu pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat.
Cakupan peran yang luas ini menunjukkan bahwa pesantren memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi signifikan bagi kemajuan bangsa.
Sehingga, perlu adanya rancangan kebijakan yang lebih rinci mengenai bagaimana pesantren tumbuh dan melahirkan insan-insan yang siap berperan di masyarakat.
Karena itulah, acara ini untuk berupaya memetakan isu strategis apa saja yang perlu dikerjakan dalam proses pengembangan pesantren sebagai sentrum penghidupan masyarakat. Mengingat, perlu perumusan kebijakan yang berlandaskan pemikiran progresif, tidak hanya perubahan secara internal tetapi menjadikan pesantren sebagai pilar masa depan.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama D.I. Yogyakarta, Ahmad Bahiej mengatakan, peran penting pesantren sebagai pusat pembelajaran dan pengembangan ilmu harus berusaha melahirkan santri yang ahli dalam agama juga menguasai ilmu terkait kemaslahatan umat manusia.
“Pesantren harus bisa melahirkan santri dan santriwati yang mutafaqqih fiddin wa faqih fi mashalihil khalqi, untuk kemudian bisa membentuk karakter insan yang disiplin, riyadhoh, sederhana, dan penuh tanggung jawab. Hal ini kemudian menjadi bekal untuk mempersiapkan generasi yang siap berkompetisi di era globalisasi,” ujar Ahmad.
Bahiej menilai, peran strategis tersebut memerlukan pengembangan pesantren yang komprehensif agar dapat beradaptasi dengan tantangan zaman dan tetap menjadi lembaga pendidikan unggul.
Mengingat, pilar utama pendidikan ini berusaha membina generasi muda yang berdaya saing global.
Ahmad Bahiej menuturkan ada tiga langkah dalam pengembangan pesantren yakni diantaranya meningkatkan kualitas pendidikan termasuk tenaga pendidik dan kurikulum yang sesuai, kedua adalah mensinergikan antara pesantren, pemerintah, perguruan tinggi, dan dunia usaha untuk mengembangkan ekonomi mandiri. Ketiga adalah dukungan dari seluruh elemen masyarakat.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung