Harga beras di Kabupaten Tulungagung merangkak naik. (Z Creators/Firmanto Imansyah)
INDOZONE.ID - Beras menjadi salah satu bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat setiap harinya, maka tak heran jika kenaikan komoditas yang satu ini acap kali membuat masyarakat berkomentar.
Hal yang sama juga terjadi di Tulungagung, pasalnya kenaikan harga beras ini membuat sejumlah ibu rumah tangga merasa gerah.
Salah satu ibu rumah tangga di Tulungagung, Sari (43) mengakui kenaikan harga beras terjadi sejak sebulan terakhir.
Kendati kenaikannya tidak signifikan, namun dirinya khawatir kenaikan ini akan memicu kenaikan komoditas lain seperti gula dan minyak di pasaran.
"Itu takutnya nanti gula sama minyak ikutan naik, kalau barangnya sih masih ada terus," ujarnya pada Jumat (25/08/2023).
Sari mengakui, kenaikan beras biasanya terjadi menjelang momentum tertentu seperti lebaran dan tahun baru, namun kali ini dirinya memperkirakan kenaikan dipengaruhi oleh adanya musim Hajatan yang saat ini terjadi di masyarakat.
"Mungkin karena banyak yang hajatan ini ya," jelasnya.
Sementara itu petugas toko grosir beras di wilayah Tulungagung, Sriati (42) mengakui kenaikan harga beras terjadi sejak sebulan terakhir.
Kenaikannya beragam, mulai dari Rp100 sampai Rp200 per kilogramnya. Kenaikan terjadi untuk semua jenis dan merk beras yang dijualnya.
"Kadang seminggu dua kali naik, kadang ya seminggu sekali, kadang setiap kilonya naik 100, 200, Enggak sama Mas," ucapnya.
Harga beras di Kabupaten Tulungagung merangkak naik. (Z Creators/Firmanto Imansyah)
Sriati menyebut, salah satu penyebab kenaikannya adalah kenaikan harga gabah basah dari petani yang tinggi.
Dirinya mencontohkan harga gabah basah dari petani di kabupaten Nganjuk saja mencapai Rp6 ribu per kilonya, bahkan pernah mencapai Rp7 ribu per kilonya.
"Kalau yang disini kan belum banyak yang panen, ngambilnya dari Nganjuk, harganya sudah segitu Mas," keluhnya.
Dirinya mengungkapkan, saat ini harga beras yang dulunya ada dikisaran Rp10.500 per kilonya kini menjadi Rp12 ribu per kilonya.
Namun dirinya memastikan daya beli masyarakat tidak mengalami penurunan, menurutnya hal ini bisa saja terjadi karena masyarakat khawatir akan ada kenaikan lagi sehingga tetap membeli sekaligus sebagai stock.
"Penjualan masih aman, rata-rata dalam seminggu itu bisa menjual sampai 25 ton," pungkasnya.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Z Creators