Logo Jamaah Islamiyah (Istimewa)
Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap dua orang terduga teroris di kawasan Luwu Timur, Sulawesi Utara. Kedua terduga teroris itu berkaitan dengan jaringan Jamaah Islamiyah (JI).
Diketahui, Densus 88 dalam beberapa waktu terakhir ini memang tengah gencar melakukan penangkapan terhadap jaringan JI. Sejumlah petinggi JI, termasuk amir atau pemimpin tertinggi JI, Para Wijayanto sudah ditangkap Densus 88.
Selain itu, Densus 88 juga telah menangkap tokoh-tokoh penceramah yang diduga berkaitan dengan JI seperti Ketua Umum Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI) Farid Ahmad Okbah, anggota nonaktif Komisi Fatwa MUI Ahmad Zain An-Najah dan Anung Al-Hamat.
JI merupakan kelompok ekstremis Islam yang disebut-sebut sedang berusaha untuk mendirikan negara Islam di Asia Tenggara.
Dalam laporan Center for International Security and Cooperation (CISAC) Stanford University, disebutkan bahwa JI merupakan organisasi pecahan dari Darul Islam (DI), kelompok yang mulai terbentuk pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an.
Adapun pendiri jaringan JI yakni Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir, keturunan Arab Yaman yang berlatar belakang sebagai aktivis gerakan Islam.
Seperti dilansir Tempo pada 19 November 2021, pendiri JI, Sungkar dan Baasyir sempat melarikan di ke Malaysia pada era Orde Baru. Di sanalah mereka mendirikan kelompok Islamis ekstremis.
Pada 1990-an, mereka memfasilitasi perjalanan anggota JI ke Afghanistan untuk dilatih, pada saat itu untuk melawan Soviet. Bahkan JI juga diduga menerima sumber dan nasihat dari Al-Qaeda.
Anggota JI yang dilatih di Afghanistan berasal dari beberapa negara di Asia Tenggara, mulai dari Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina.
Baca juga: Densus Fokus Buru Otak Kelompok Jamaah Islamiyah
Jamaah Islamiyah (JI) dicurigai kuat sebagai dalang di balik aksi pengeboman Bali 2002 yaitu pada tanggal 12 Oktober 2002. Hal ini dikarenakan adanya keterlibatan Encep Nurjaman alias Hambali bekas pimpinan JI dalam serangan tersebut. Dalam aksi yang dilakukan dengan cara bunuh diri itu, sebanyak 203 orang dilaporkan tewas.
Pada dua ledakan pertama terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali. Lalu, ledakan terakhir terjadi di dekat kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat.
Mayoritas korban Bom Bali adalah warganegara asing yang sedang berwisata di kawasan tersebut. Insiden ini disebut sebagai kasus teror bom paling parah dalam sejarah Indonesia.
Tak hanya itu saja, Hambali dkk juga dituding sebagai dalang di balik ledakan bom yang terjadi di hotel J.W Marriot Jakarta pada Agustus 2003 lalu. Insiden berdarah tersebut menewaskan 213 orang dan melukai 109 orang lainnya.
Kepala Bagian Ban Ops Densus 88 Anti Teror Mabes Polri, Komisaris Besar Aswin Siregar mengungkapkan JI yang berada di Tanah Air mampu meraup pendanaan hingga Rp15 miliar dalam setahun.
Densus 88 menyebut dana itu dikumpulkan melalui lembaga Syam Amal Abadi. Selain itu, ada juga lembaga lain bernama Baitul Maal Abdurrahman Bin Auf (BM ABA).
Bahkan kata Aswin, jumlah tersebut bisa lebih besar dibandingkan dari yang diungkap dalam laporan.
"Jumlah ini bisa lebih fantastis dibandingkan dengan apa yang bisa diungkap lewat laporan," kata Aswin.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: