Amerika Serikat (AS) tengah membangun glide phase interceptor (GPI) sebagai sistem pertahanan rudal hipersonik. Sistem senjata ini penting untuk melawan rudal hipersonik yang sukses dikembangkan China dan Rusia.
Missile Defence Agency (MDA) telah menunjuk tiga perusahaan untuk membangun proyek ini, yaitu Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan Raytheon Missiles and Defense. Ketiga perusahaan juga sepakat untuk membuat desain konsep yang cepat untuk sistem pertahanan rudal tersebut.
"Kami senang atas kesepakatan dengan tiga perusahaan ini, untuk mengembangkan konsep desain GPI," kata Eksekutif Program Sistem Senjata Berbasis Laut MDA, Laksamana Muda Tom Druggan dikutip Indozone dari Defense News, Selasa (23/11/2021).
GPI akan dirancang untuk mencegat rudal hipersonik selama fase penerbangan. Ini menjadi sebuah tantangan tersendiri, mengingat rudal hipersonik memiliki kecepatan hingga lima kecepatan suara, atau sekitar 6.200 km/jam.
"Kami akan mengeksplorasi konsep industri dan memaksimalkan manfaat GPI yang paling efektif dan andal untuk pertahanan hipersonik regional secepat mungkin," katanya.
Proyek ini dirancang AS di tengah pembangunan rudal hipersonik oleh militer Rusia dan China. Kedua negara pesaing AS ini telah sukses melakukan uji coba rudal yang dapat bermanuver dalam kecepatan yang sangat tinggi. Rusia bahkan telah menjadwalkan rudal hipersonik Tsirkon untuk mulai bertugas di Angkatan Laut Rusia pada 2022.
Pejabat militer AS telah berkali-kali mengungkapkan kekhawatirannya terhadap ancaman rudal hipersonik kedua negara tersebut. Pekan lalu, Wakil Kepala Operasi Ruang Angkasa AS, Jenderal David Thompson, mengakui Pentagon tertinggal jauh dari China dan Rusia dalam pengembangan rudal hipersonik.
Wakil AS di Konferensi Pelucutan Senjata, Robert Wood, pada bulan lalu bahkan secara terang-terangan menyebut AS belum memiliki teknologi untuk bertahan dari rudal hipersonik yang dikembangkan China dan Rusia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: