Pihak oposisi Bolivia memblokir jalan-jalan di Ibu Kota La Paz pada hari Senin (11/10/2021), sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan Presiden Luis Arce, yang mereka sebut telah melakukan "penganiayaan politik."
Dilansir dari France24, aksi unjuk rasa diwarnai dengan gas air mata dari pihak polisi untuk membubarkan massa di Ibu Kota La Paz dan di kota Cochabamba di Bolivia Tengah.
Sebulan setelah menyelesaikan tahun pertamanya di kantor, presiden sayap kiri menghadapi protes pertamanya, di mana pihak oposisi menuduhnya menganiaya saingan politik.
Para pengunjuk rasa menuntut pembebasan saingan politiknya, salah satunya mantan kepala negara Jeanine Anez yang dipenjara dengan tuduhan memimpin kudeta pada 2019 untuk menggulingkan presiden saat itu Evo Morales.
Selain menuntut pembebasan Anez, para demonstran menyerukan pembebasan walikota La Paz, Cochabamba dan Gubernur Santa Cruz, serta mantan presiden Carlos Mesa dan Jorge Quiroga.
Oposisi mengklaim partai yang berkuasa menuduh mereka mengorganisir "kudeta" terhadap Morales, sekutu Arce, yang membuatnya mengundurkan diri di tengah pergolakan sosial yang menewaskan 37 orang.
Demontrasi yang dilakukan pada hari Senin (11/10) dipusatkan di La Paz, Cochabamba, Santa Cruz di timur dan Tarija di Selatan.
Di La Paz, demo besar dipimpin oleh serikat pekerja sektor ritel. Mereka menolak undang-undang baru yang memungkinkan pemerintah untuk menyelidiki aset setiap warganya tanpa perintah pengadilan.
RUU itu juga akan memaksa pengacara dan jurnalis untuk mengungkapkan informasi klien.
Pengacara konstitusional William Bascope mengatakan bahwa di bawah RUU tersebut, aset semua negara akan dicurigai, bertentangan dengan "praduga tidak bersalah."
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: