Ilustrasi anak-anak menangis. (photo/Pexels/Kat Jayne/ilustrasi)
Ketua Laboratorium Intervensi Sosial dan Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dicky Pelupessy mengatakan perilaku pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang pedofilia (penyuka anak-anak) bisa terjadi berkali-kali atau berulang-ulang.
“Para pelaku pedofilia, mereka harus diwaspadai, karena dia punya kemungkinan melakukan tindakan yang sama. Itu bisa dilihat dari catatan-catatan empirik bahwa banyak pedofilia bisa mengulangi tindakannya,” kata Dicky, Selasa (7/9) dikutip dari ANTARA.
Ia menjelaskan meskipun seorang pelaku pedofilia telah mendapatkan hukuman dari lembaga yang berwenang, pelaku dapat mengulangi perbuatannya setelah bebas.
Hal tersebut dikarenakan secara alami orientasi seksualnya telah tertuju pada anak-anak.
“Dia menyukai anak-anak. Pedo itu artinya anak dan philia artinya penyuka atau menyukai. Jadi memang orientasinya ke anak-anak, artinya secara alamiah dia akan mencari anak-anak, karena memang orientasinya kesana,” kata dia.
Baca juga: Ditangkap Polisi, Pelaku Tega Bunuh Kakak-beradik Gegara Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
Tindakan berulang itu dapat terjadi pada saat pelaku memahami tingkat kewaspadaan di suatu lingkungan rendah. Selanjutnya, dia menganalogikan situasi tersebut dengan situasi pasca-bencana.
Pada saat pasca-bencana dalam keadaan mengungsi, orang tua cenderung memiliki kewaspadaan yang rendah, sehingga orang tua tidak menyadari keberadaan pelaku di dalam pengungsian, dan tidak dapat mencegah pengulangan tindakan yang mungkin akan dilakukan pelaku.
Ia mengatakan penting bagi orang tua untuk meningkatkan kewaspadaan dan melindungi anak, apabila mengetahui adanya seorang pelaku pedofilia dalam satu lingkungan.
Namun, dia menyayangkan Indonesia belum memiliki mekanisme kewaspadaan selanjutnya yang harus diterapkan pada pelaku setelah bebas menjalani masa hukuman. Ia menyarankan pemerintah untuk mencontoh negara lain yang memonitor pelaku melalui gelang lacak agar setiap gerakan pelaku dapat selalu terpantau.
“Sayangnya kita belum punya pengaturan ke arah sana. Kalau negara lain, mereka sudah dipasangi gelang, jadi pergerakan mereka akan termonitor. Itu salah satu mekanisme cegah tangkalnya,” kata dia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: