Kartini hadapi pandemi yang melanda pulau Jawa. (Istimewa)
Pendemi yang melanda Indonesia satu abad yang lalu seperti Cholera dan Influenza, merupakan bagian tragedi dahsyat yang melanda dunia saat itu dimana ada 500 juta orang terpapar dan 50 juta orang yang tewas.
Keadaan saat itu, tak kalah mencekam nya dibanding sebaran virus Covid-19 yang melanda dunia saat ini.
Ichwan Azhari Sejarawan Universitas Negeri Medan (Unimed) mengumpulkan sejumlah memori, catatan dan berita peristiwa seabad yang lalu itu, terus dikumpulkan oleh Rumah Sejarah Medan untuk disampaikan ke publik, sebagai bahan refleksi dan sumber inspirasi saat tragedi yang sama dalam bentuk lain (Covid-19) sedang melanda dunia saat ini.
"Kartini, perempuan yang dikagumi karena pemikiran di surat surat nya itu, merekam juga pendemi yang melanda Jawa tahun 1901-1902. Keadaan mencekam yang menewaskan banyak orang itu juga melanda tempat tinggal Kartini dan catatan di suratnya merupakan kesaksian sejarah apa yang terjadi saat itu," kata Ichwan.
Dalam suratnya pada Nyonya Abendamon tanggal 30 September 1901 Kartini mencatat : "Kolera juga berjangkit di sini, tetapi berkat penanganannya yang baik oleh pemerintah, sampai sekarang sedikit korbannya".
"Tapi di Jepara itu ada virus lain yang menakutkan, yang disebut Kartini sebagai makhluk jahat. Kata Kartini "ada mahkluk jahat lain yang dengan mengerikan sekali menimbulkan banyak kerusakan disini : demam berbahaya yang telah menyebabkan beberapa kematian. Cuacanya juga sangat buruk – malam dingin, siang hari panas terik, angin kencang dan debu. Sekarang masa tidak sehat, dimana pun juga demikian."
Virus yang disebut Kartini sebagai makhluk jahat itu merupakan virus yang melanda pulau Jawa saat itu.
Tujuh bulan setelah surat nya itu, Kartini melaporkan keadaan yang lebih buruk yang terjadi di Jepara.
Dalam surat nya kepada Nyonya Abendamon tanggal 8 April 1902 dia menyampaikan kabar memilukan :
"Nyonya barangkali telah membaca dalam surat-surat kabar bahwa kolera berjangkit lagi di daerah Japara, lebih-lebih di penjara banyak kurbannya." Lalu Kartini memberi kesaksian : "Dengan menggigil saya ingat kembali kepada tahun lalu, ketika penyakit itu disini sangat merajalela - pada suatu saat kami dikelilingi rumah-rumah yang tercemar – tragedi-tragedi yang menyayat hati terjadi," katanya.
Lalu Kartini sendiri dengan lingkungan orang orang yang terpapar, nyaris menjadi korban : "Dan saya pun hampir saja akan terserang." Lalu bunda nya Kartini memberikan nya minuman untuk kesembuhan, ibunya memberikan : "... saya dengan brendi yang mengandung sari ramuan. Sekarang dapat juga orang mengatakan bahwa saya pernah mabuk sekali."
Apa pula khasiat minuman Brandy melawan virus atau menciptakan imunitas ? Dalam iklan minuman Brandy di surat kabar Deli Courant 29 Januari 1919 dinyatakan bahwa brandy merupakan minuman beralkohol yang berkhasiat menyembuhkan virus flu Spanyol.
Brandy kata iklan terlampir ini, sudah direkomendasikan para dokter sebagai penyembuh pandemi yang mematikan itu.
Bundanya Kartini lakukan eksperimen menggabungkan minuman Barat dengan rempah Jawa. Bagi Bundanya, yang penting Kartini menjadi imun.
Di Sumatera Timur, koran De Sumatera Post 11 November 1918 melaporkan tragedi virus Influenza yang menyebabkan kematian istri Sultan Langkat, Sultan Abdul Aziz (1893-1927). Koran itu juga melaporkan putri Sultan Serdang wafat karena terpapar virus influenza.
De Sumatera Post tidak menyebutkan nama putri itu, tapi yang pasti yang terpapar virus itu adalah putri Sultan Sulaiman Syariful Alam Shah (1879-1946).
Berita de Sumatera Post ini sangat singkat, hanya berita kecil saja, satu kolom empat baris, untuk berita penting wafatnya keluarga Sultan karena pendemi yang mematikan.
Pers Belanda terkesan menyepelekan berita penting ini. Sayangnya tidak ada catatan harian atau surat seperti goresan yang ditulis Kartini tentang tragedi ini di Sumatera Timur.
Virus Influenza itu saat ini dikenal dengan nama Flu Spanyol. Tapi koran koran masa itu menyebut nya beragam, terkadang disebut Influenza Rusia, Influenza Spanyol, dan Influenza Amerika (Koran 23. 7.1918 Sumatera Bode 23.7.1918).
Kata Ichwan Azhari informasi tentang tragedi pendemi ini terus dikumpulkan oleh Pusat Studi Humaniora LPPM UNIMED, memanfaatkan data yang ada di Museum Sejarah Pers Medan dan Rumah Sejarah Medan.
"Sebuah seminar daring yang melibatkan ilmuwan dari kedokteran moderen sedang dirancang dan bahan bahan yang dikumpulkan akan diterjemahkan dan dibagikan ke publik," katanya.
Dia menyebutkan kalau bencana ini telah berlangsung seratus tahun yang lalu, kini kita mengalami nya, semoga kita yang ada, kuat bertahan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: