Suasana di Muara Baru, Jakarta, di tengah lonjakan pandemi Covid-19 (REUTERS/Willy Kurniawan)
Media Inggris, The Guardian, menyoroti penderitaan banyak orang miskin di Indonesia karena pembatasan mobilitas yang diterapkan pemerintah. Berikut sebagian sorotan The Guardian mengenai kehidupan sengsara salah satu anggota keluarga di Tanah Air karena lonjakan pandemi Covid-19.
Biasanya setiap Idul Adha, ayah Riki Priyanto akan membawa pulang kambing atau sapi dari masjid terdekat. Daging telah disumbangkan oleh umat dan dibagikan kepada orang miskin, seperti keluarga Riki, untuk merayakan hari raya kurban.
Ibunya akan memasak sate kambing untuk makan siang mereka dan Riki akan duduk di sebelah ketiga adiknya di tengah rumah mereka yang berukuran 3x3m di Jakarta Utara. Mereka akan makan makanan istimewa bersama-sama.
Baca Juga: Media Inggris Soroti Idul Adha yang Suram di Indonesia karena Krisis Covid-19
Tapi tahun ini berbeda. Pada hari Selasa rumah itu sepi. Ini adalah Idul Adha pertama yang mereka rayakan tanpa orang tua. Ibu mereka meninggal delapan bulan lalu; dan dua bulan yang lalu ayah mereka meninggal. Sekarang mereka kehabisan uang untuk hidup.
Pandemi Covid, dan pembatasan mobilitas yang diberlakukan untuk menghentikan penyebaran virus, telah menjadi bencana besar bagi masyarakat termiskin di Indonesia. Dengan sedikit dukungan finansial yang tersedia, banyak keluarga menghadapi keputusan yang mustahil: pergi keluar untuk mencari sedikit pekerjaan yang tersedia, dan berisiko meninggal karena virus, atau mati di rumah karena Anda tidak mampu lagi bertahan hidup.
Adib Khumaidi, ketua tim mitigasi risiko di Ikatan Dokter Indonesia, menyamakan krisis Covid di Indonesia dengan survival of the fittest. “Dari Gugus Tugas Covid kita tahu bahwa kasus fatality rate saat ini 2,6%. Itu jumlah yang besar,” katanya.
“Jika mereka terkena [infeksi virus] maka ada teori Charles Darwin; ada seleksi alam survival of the fittest. Jadi kalau imunitasnya bagus, sehat, maka mereka akan bertahan… jadi intinya jangan sampai sakit.”
Orang tua Riki meninggal karena kondisi medis yang tidak terkait dengan Covid. Sebagai yang tertua, Riki mengambil peran ayahnya untuk mencari uang untuk saudara-saudaranya. Tetapi pembatasan darurat telah membuat segalanya lebih sulit.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: