Warga Palestina mengamankan diri dari serangan Israel (REUTERS/Mohammed Salem)
Konflik antara Israel dan Hamas terus meruncing. Aksi saling balas serangan udara menyebabkan 35 warga Palestina di Gaza tewas dan tiga warga Israel tewas.
Israel mengatakan pihaknya menyerang sasaran Hamas, termasuk pusat intelijen dan situs peluncuran roket.
Ini adalah serangan udara paling intensif dan terbesar antara Israel dan Hamas sejak perang 2014 di Gaza. Hal ini memicu kekhawatiran internasional bahwa situasinya bisa lepas kendali.
Utusan perdamaian Timur Tengah PBB, Tor Wennesland meminta pemimpin Hamas dan Israel mengambil sikap menghentikan pertempuran.
"Biaya perang di Gaza sangat menghancurkan dan dibayar oleh orang-orang biasa. PBB bekerja dengan semua pihak untuk memulihkan ketenangan. Hentikan kekerasan sekarang," tulisnya di Twitter.
Sayap bersenjata Hamas mengatakan pihaknya menembakkan 210 roket ke arah Beersheba dan Tel Aviv sebagai tanggapan atas pemboman gedung menara di Kota Gaza.
Serangan ini adalah buntut bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Pemimpin kelompok militan, Ismail Haniyeh, mengatakan Israel telah menembakkan api di Yerusalem dan Al-Aqsa hingga api meluas ke Gaza, oleh karena itu, bertanggung jawab atas konsekuensinya.
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh juga mengatakan bahwa "tindakan Israel di wilayah Palestina adalah bentuk rasisme yang paling keji.
"Upaya untuk mengusir orang-orang Sheikh Jarrah (di Yerusalem) dari rumah mereka bukanlah masalah hukum, namun masalah politik, dan peradilan Israel secara politis diarahkan untuk melawan kehadiran Palestina di kota tersebut," kata Shtayyeh.
Sementara itu, Amerika mengatakan bahwa Israel punya hak sah untuk membela diri dari serangan roket. Namun, Gedung Putih tetap menekan Israel agar menjadikan Yerusalem sebagai tempat hidup berdampingan.
AS juga menunda upaya Dewan Keamanan PBB mengeluarkan pernyataan mengenai ketegangan antara Israel dan Palestina karena " bisa berbahaya bagi upaya di belakang layar untuk mengakhiri kekerasan".
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: