Militer Myanmar hadapi demonstran (KIC NEWS PAGE/Handout via REUTERS)
Amnesty International melaporkan bahwa militer Myanmar lebih tampak seperti menumpas demonstran, alih-alih mengamankan.
Mereka menggunakan senjata medan perang berkekuatan mematikan. Amnesty menuduh tentara menggunakan senjata yang cocok untuk medan perang untuk membunuh pengunjuk rasa.
Kelompok HAM internasional tersebut membuktikan adanya 50 video militer menumpas aksi demonstrasi.
Akibatnya, sekitar 60 demonstran dilaporkan tewas. Pembunuhan ini sama saja dengan eksekusi di luar hukum.
"Ini bukanlah tindakan kewalahan, petugas membuat keputusan buruk," kata Joanne Mariner, Direktur Tanggapan Krisis di Amnesty International.
Unit yang memberantas demonstrasi juga bukan unit sembarangan, melainkan diyakini sebagai unit yang bertahun-tahun melakukan kekejaman terhadap kelompok etnis minoritas, termasuk Muslim Rohingya.
"Inilah para komandan yang tidak menyesal telah terlibat dalam kejahatan terhadap kemanusiaan, mengerahkan pasukan dan metode pembunuhan di tempat terbuka."
Amnesty mengklaim militer Myanmar tak segan memakai sniper, senapan mesin ringan, senapan serbu, dan senapan sub-mesin.
Seperti diketahui, demonstrasi besar-besaran ini dipicu kudeta militer Myanmar yang menahan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi
Sementara itu, militer membenarkan tindakannya dengan menyebut pemilu yang dimenangkan oleh partai Suu Kyi penuh kecurangan. Namun, tuduhan ini dibantah komisi pemilihan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: