Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tengah mengembangkan vaksin Covid-19 bekerja sama dengan produsen vaksin, Bio Farma. Namun Lembaga Eijkman hanya bekerja pada tahap pre klinik dan menyerahkan keputusan untuk menyediakan vaksin kepada industri.
"Jadi bidang di mana kita melakukan pengembangan dari kandidat vaksinnya sendiri. Bibit vaksin yang nantinya kita berikan kepada industri untuk diperbanyak setelah kita uji ke hewan. Kalau itu sudah lulus uji hewan kita bisa berikan pada industri," kata Wakil Kepala Lembaga Eijkman, Prof. dr. Herawati Supolo Sudoyo dalam webinar, Selasa (13/10/2020).
Setelah diserahkan pada industri, barulah ada strategi untuk melakukan uji klinik. Menurutnya, biasanya industri akan mencari mitra untuk melakukan riset seperti yang dilakukan saat ini dengan Universitas Padjajaran Bandung.
Namun Herawati mengaku belum ada pembicaraan antara Lembaga Eijkman dan Bio Farma mengenai lokasi uji klinik untuk vaksin yang tengah dikembangkan.
"Kita belum menentukan, Eijkman dan Bio Farma belum bicara di mana uji klinik nanti diberikan. Bisa saja di Jakarta, bisa saja bermitra dengan Universitas Indonesia atau Litbangkes, jadi siapa pun. Baru di situlah semua cara bikinnya ada. Baru kita menentukan apakah vaksin yang nanti itu dibuat memang bisa digunakan untuk kepentingan publik. Masih panjang jalannya," jelas Herawati.
Vaksin Covid-19 yang tengah dikembangkan Bio Farma saat ini dilakukan di dua laboratorium, yakni laboratorium Lembaga Eijkman dan laboratorium Bio Farma. Ada empat tahapan yang harus dilakukan Lembaga Eijkman dalam pre klinik. Namun beberapa tahapan sudah dilakukan, termasuk membuat antigen yang akan menjadi kandidat vaksin.
"Sudah sampai tingkat itu sih. Sudah sesuai dengan jadwal lah. Cuma panjang nanti di industrinya. Karena kan mereka harus siap. Sementara ini memang dua laboratorium yang bekerja, laboratorium di Lembaga Eijkman dan laboratorium Bio Farma atas kontrol dari Lembaga Eijkman. Jadi kita lakukan dua pendekatan," jelas Herawati.
Dua pendekatan ini dilakukan untuk mempercepat pengembangan vaksin agar bisa segera diberikan kepada masyarakat.
"Apapun yang bisa kita lakukan, ini paralel itu kita kerjakan. Jadi nanti tinggal dipilih saja mana sih yang kira-kira baik. Pengembangan vaksin bukan sesuatu yang mudah, berbeda dengan penelitian biasa," tutup Herawati.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: