Kategori Berita
Media Network
Selasa, 29 SEPTEMBER 2020 • 10:42 WIB

Soal Potensi Tsunami 20 Meter di Jawa, Kepala BMKG Ungkap Fakta-faktanya

Ilustrasi tsunami. (Pixabay)

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati memberikan penjelasan terkait potensi tsunami di Pulau Jawa yang mencapai 20 meter akibat gempa bumi megathrust.

Menurut Dwikorita, sebagai negara berpotensi rawan bahaya gempa bumi dan tsunami, penelitian gempa bumi dan tsunami di Indonesia perlu selalu didorong dengan tujuan bukan untuk menimbulkan kecemasan, dan kepanikan masyarakat

"Namun, untuk mendukung penguatan sistem mitigasi bencana, sehingga kita dapat mengurangi atau mencegah dampak dari bencana itu, baik jatuhnya korban jiwa maupun kerusakan bangunan dan lingkungan," ucap Dwi dalam keterangannya, Selasa (29/9/2020).

Dwi menjelaskan, sejak beberapa tahun yang lalu sejumlah peneliti telah melakukan kajian potensi kejadian tsunami di Pantai Selatan Jawa yang dapat mencapai ketinggian 20 meter akibat gempa bumi megathrust.

Ilustrasi tsunami. (Pexels/George Desipiris)

Ia mengatakan metode, pendekatan, dan asumsi yang dilakukan dalam tiap penelitian tersebut berbeda. Namun hasilnya kurang lebih sama, yaitu potensi terjadinya tsunami dengan ketinggian sekitar 20 meter, dalam waktu 20 menit gelombang tiba di pantai sejak terjadinya gempa.

Dwi pun menyebutkan kalau penelitian terakhir oleh ITB yang didukung oleh BMKG, KKP, dan BIG dilakukan berdasarkan analisis data-data kegempaan BMKG dan pemodelan tsunami dengan beberapa skenario.

"Skenario terburuk mengasumsikan jika terjadi gempa bumi secara bersamaan di 2 segmen megathrust yang ada di selatan Jawa bagian Barat dan Selatan Jawa bagian Timur, yang mengakibatkan tsunami dengan tinggi gelombang maksimum 20 meter di salah satu area di selatan Banten, dan mencapai pantai dalam waktu 20 menit sejak terjadinya gempa," terangnya.

"Mekanisme kejadian tsunami yang dimodelkan ini serupa dengan kejadian tsunami Banda Aceh tahun 2004, yang juga diakibatkan oleh gempa bumi dengan M9.1 dan tsunami mencapai pantai dalam waktu kurang lebih 20 menit," tambah Dwi.

Dwi mengungkapkan sejak tahun 2008 Pemerintah Indonesia telah mengantisipasi potensi kejadian tsunami akibat gempa bumi megathrust, seperti yang pernah terjadi di Aceh tahun 2004, dan juga seperti yang telah dimodelkan oleh beberapa peneliti tersebut di atas.

"Jadi Sistem Peringatan Dini yang dibangun di BMKG memang disiapkan untuk memonitor dan mengantisipasi kejadian gempa bumi (termasuk gempa bumi megathrust) dengan magnitudo dapat mencapai lebih dari Mw 9, dan memberikan Peringatan Dini potensi datangnya gelombang tsunami," ungkapnya.

Sehingga, dalam waktu tiga hingga lima menit setelah kejadian gempa bumi, Sistem Monitoring dan Peringatan Dini tersebut yang dioperasikan dengan Internet of Things (IoT), dan diperkuat oleh super computer, dan Artificial Intelligent (AI) secara otomatis dapat menyebarluaskan informasi peringatan dini tsunami ke masyarakat di daerah rawan gempabumi dan tsunami, melalui BNPB, BPBD, dan media massa.

"Dengan penyebarluasan peringatan dini tsunami tersebut maka masih tersisa waktu kurang lebih 15 hingga 17 menit untuk proses evakuasi, apabila waktu datangnya tsunami diperkirakan dalam waktu 20 menit," tutup Dwi.


Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Soal Potensi Tsunami 20 Meter di Jawa, Kepala BMKG Ungkap Fakta-faktanya

Link berhasil disalin!