Kategori Berita
Media Network
Jumat, 11 SEPTEMBER 2020 • 10:23 WIB

Belajar Online Sejak Awal Corona, Ayah Ini Khawatir Anaknya Jadi Generasi 'Asal-asalan'

Kekhawatiran orangtua saat anak hanya kerjakan tugas formalitas ketika pemberlakukan belajar online. (Facebook Zie Trisaksono)

Sebagai orangtua, ayah bernama Zie Trisaksono merasa khawatir dengan sistem belajar online yang diberlakukan pemerintah sejak awal pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia. Dia khawatir anaknya akan menjadi generasi 'asal-asalan', apa alasannya?

"Ada nggak di sini yg punya kekhawatiran yg sama dg saya. Khawatir corona ini akan mencetak generasi formalitas belaka. Maksudnya generasi yang.... 
asal bapak senang,
asal sudah foto,
asal sudah absen, 
dan asal-asalan yg lain...," tulis Zie dalam akun Facebooknya.

Kekhawatirannya itu didasari karena dirinya mulai merasa risau saat menemani anaknya yang diberi tugas online oleh sekolahnya untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Dia menceritakan, sang anak sudah didik sejak dini untuk ikut membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Namun, kekhawatiran itu muncul saat sang anak mengatakan kepadanya nanti pura-pura saja terus difoto. Kemudian, nanti foto kegiatannya diberikan kepada guru saat diberi tugas belajar online tersebut.

"Contohnya hari ini. Sy mendampingi si kecil yg diberi tugas oleh sekolahnya untuk membersihkan kamar mandi dan bertanam. Si kecil ini sebenarnya bukan anak yg malas, karena memang sehari-harinya sudah sy libatkan dalam pekerjaan rumah tangga spt membuang sampah, mencuci piring makannya sendiri, menyiram bunga, membereskan mainan, merapikan tempat tidur dll," tuturnya.

"Hari ini dia mendapat tugas menyetorkan foto membersihkan kamar mandi dan bertaman. Namun karena hari ini tidak ada agenda kegiatan tersebut, dia bilang begini:
'Kita bersihin toilet dan bertanamnya PURA-PURA saja ya Yah. Nanti kalo kakak sudah difoto, fotonya kasih mama biar mama saja yg kirim ke bu guru!'
Anak kecil sudah bisa ngajarin orang tua buat berpura-pura?!
Pendidikan macam apa ini?!" sambung Zie dengan rasa khawatir.

Dirinya menyadari, pihak sekolah memiliki tujuan baik saat memberikan tugas kepada anaknya. Namun, ada efek yang ditimbulkan dari tugas yang seolah formalitas saja kepada anak didiknya.

"Sy tau, pihak sekolah punya maksud dan tujuan yg baik dengan memberikan tugas semacam itu. Tapi efek samping yg seperti diatas sepertinya tidak pernah dibahas atau terpikirkan oleh para pendidik," tanya Zie.

Sebagai orangtua, Zie akhirnya coba menjelaskan dan pengertian kepada anaknya agar tugas yang diberikan sekolah harus tetap dikerjakan dengan baik dan jujur. Itulah pentingnya dalam pembentukan karakter anak-anak.

"Akhirnya memang kembali kepada kita sebagai orangtuanya untuk memberi pengertian kepada anak-anak kita agar tugas formalitas semacam itu tidak malah merusak karakter mereka yang alamiah dan jujur," urainya.

Namun, sebagai orangtua, Zie juga bertanya kepada para orangtua termasuk dirinya tentang sikap jujur sebelum mengajarkan kejujuran kepada anaknya. Dia mencontohkan, saat sebagai orangtua mengikuti trend bersepeda banyak yang membawa sepedanya dengan mobil ke suatu tempat dan foto-foto hanya untuk sekedar berbagi di media sosial, padahal tidah menggowesnya.

"Tapi ngomongin orang tua, seberapa bnyk sih dari kita yg bisa jujur? Kalo orangtuanya masih suka bawa sepeda pake mobil ke alun-alun kota, lalu foto-foto dengan dalih olahraga. Padahal cuma numpang foto dan makan-makan tanpa mengayuhnya....habis itu pulang lagi.
Yo sami mawon!" pungkasnya.

Kekhawatiran orangtua saat anak hanya kerjakan tugas formalitas ketika pemberlakukan belajar online. (Facebook/Zie Trisaksono)

Postingan Zie pun sontak viral dan banyak diperbincangkan netizen. Banyak dari mereka yang memiliki kekhawatiran yang sama dengannya.

"Setuju sangat.... Skrng kyknya bnyk yg cm formalitas aja," komentar Amellia Febrinia Sari.

"Salah satu Unek-unek saya ini mas. Kalo tugas terlalu spesifik gitu kan gak semua anak ngerjain tugasnya. Wong tugas hariannya beda-beda. Hari ini beresin lemari, besok beresin tempat tidur. Padahal tempat tidur diberesin kalo habis bangun. Trus tugasnya nyampe jam 8. Itu anak udah mandi, udah sarapan. Udah beres juga bantuin ortunya. Jadi setor tugas cuma formalitas aja jadinya," sahut Rina Lestari.

"Karena guru butuh bukti. Dan sebenarnya ketika guru memberi tugas, memang menginginkan anak2 melakukan beneran, bukan pura2. Hanya saja pas melakukan itu, perlu dokumentasi utk bukti. Mungkin ada baiknya guru memberi tugas jangan spesifik, misal menyiram tanaman. Ini kan spesifik, jadinya akan banyak yg pura2. Lebih baik misal tugas utk membantu ortu, nah ketika anak melakukan tugasnya membantu ortu, difoto dan dikirim ke guru. Membantu ortu kan bisa apa saja. Bahkan mungkin sudah jadi keseharian anak," jelas Anik Rahmawati.

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Belajar Online Sejak Awal Corona, Ayah Ini Khawatir Anaknya Jadi Generasi 'Asal-asalan'

Link berhasil disalin!