Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta menyebutkan, aksi pengrusakan dan pembakaran yang terjadi di Polsek Ciracas, Jakarta Timur jadi bukti bahwa solidaritas antara TNI-Polri belum terjadi secara utuh.
“Aksi kekerasan oleh oknum TNI di Polsek Ciracas ini menjadi bukti bahwa soliditas TNI-Polri belum terjadi secara utuh,” ucap Stanislaus kepada Indozone, Senin (31/8/2020).
Stanislaus menilai, masih ada pertentangan di level bawah yang berakibat hingga aksi kekerasan, seperti yang terjadi aksi di Polsek Ciracas kali ini dengan aksi yang mirip pada tahun 2018.
Hal itu menunjukkan bahwa dengan cepat oknum TNI tersebut akan melakukan kekerasan kepada Polri atas dasar hal sepele seperti kasus perkelahian dengan tukang parkir yang menjadi ketidakpuasan.
Pasalnya menurut Stanislaus, hal tersebut dipicu karena dianggap penanganan oleh Polri yang lambat, seperti yang terjadi di Ciracas 2018, dan kasus terjatuh pada saat mengendarai motor tapi mengaku dikeroyok baru-baru ini.
“Tentu hal tersebut tidak serta merta menjadi alasan tunggal terjadinya aksi kekerasan oknum TNI terhadap Polri, diperkirakan sudah ada latar belakang yang membuat oknum TNI tersebut mudah tersulut dan melampiaskan emosi terhadap Polri,” ungkapnya.
“Isu-isu seperti kesenjangan sosial diperkirakan menjadi salah satu penyebab, namun apapun itu tetap saja aksi kekerasan tidak dibenarkan mengingat Indonesia adalah negara hukum,” tambah Stanislaus.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: