Ilustrasi pesepeda di lajur sepeda. (INDOZONE/Sigit Nugroho)
Bersepeda atau biasa disebut gowes, tengah menjadi tren baru di masa new normal. Tak hanya untuk aktivitas fisik olahraga dan sebatas hobi saja, masyarakat juga kini ramai pergi ke kantor dengan bersepeda dan menjadikan kegiatan gowes sebagai gaya hidup yang baru.
Menyikapi kondisi tersebut, sudah sewajarnya jika pemerintah, dalam hal ini Dinas Perhubungan memfasilitasi tren baru tersebut dengan menyediakan sarana dan prasarana yang baik, agar tingkat keamanan dan kenyamanan bersepeda, khususnya di kota-kota besar bisa terwujud.
Salah satu pegiat Bike to Work yang tergabung dalam Gerakan B2W Indonesia, Julius Caesar mengatakan, pemerintah provinsi agaknya memang sudah menyadari bahwa tren bersepeda sudah terjadi di kota-kota besar. Pemprov DKI pun, kata dia, telah berusaha memfasilitasi melalui pembuatan jalur-jalur sepeda, dengan tujuan untuk perlindungan hukum bagi pengguna sepeda.
Meski demikian, jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, khususnya Eropa, tingkat kepedulian pemerintah terhadap pesepeda di Indonesia masih jauh tertinggal.
"Memang benar, bahwa lajur sepeda sudah terlihat ada di mana-mana, dan kami sangat berterima kasih dengan adanya lajur sepeda ini. Walaupun sesungguhnya akan lebih baik lagi jika dibangun jalur sepeda," ujar Julius kepada Indozone, saat dihubungi pada Rabu (17/6/2020).
Menurut Julius yang membidangi soal kegiatan di komunitas B2W, lajur sepeda yang ada di kota-kota besar saat ini, posisinya menjadi satu dengan lajur kendaraan bermotor. Ia pun berharap, seiring dengan tren bersepeda di masa kenormalan baru ini, pemerintah daerah bisa lebih memperhatikan dengan membangun jalur khusus bagi sepeda.
"Karena lajur sepeda posisinya jadi satu dengan lajur kendaraan bermotor lainnya, ini masih menimbulkan rasa was-was bagi kami pesepeda. Jika jalur sepeda yang dibangun, artinya terproteksi atau terpisah dari jalur kendaraan bermotor, ini akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi pesepeda," tuturnya.
"Yang terjadi saat ini adalah lajur sepeda yang sudah ada di beberapa titik masih dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, banyak lubang di sana-sini," sambungnya.
Kemudian yang baru-baru ini yang terjadi di jalan Sudirman-Thamrin Jakarta. Di mana pada jalur tersebut telah dibuatkan pop-up bike lane oleh Dishub DKI Jakarta yang diinisiasi ITDP Indonesia (Institute for Transportation Development Policy) dan Forum Diskusi Transportasi Jakarta (FDTJ) atas dorongan dari B2W Indonesia.
Namun hal itu justru membuat pengguna sepeda menjadi bingung, sebab terkadang traffic cone pembatas pop-up bike lane ini dipinggirkan oleh pihak tertentu, namun di lain waktu dikembalikan pada posisinya oleh pihak Dishub.
"Jika Jakarta memang benar-benar sesuai slogannya, ramah bersepeda, maka seyogyanya pop-up bike lane diwujudkan di semua ruas jalan, bahkan sebisa mungkin dibuatkan jalur sepeda, seperti amanat Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan," pungkasnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: