Kategori Berita
Media Network
Rabu, 01 APRIL 2020 • 16:45 WIB

Ada Plus Minus, Masker Bukan Pencegah Tunggal Covid-19

Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan Erlina Burhan di Gedung BNPB, Jakarta, Rabu, (1/4/2020). (INDOZONE/BNPB)

Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan Erlina Burhan menyatakan, masyarakat dapat menggunakan masker kain di tempat umum dan fasilitas lain untuk mencegah paparan virus corona atau Covid-19. Namun, masker bukan pencegah tunggal, apapun jenisnya, apakah masker kain, masker bedah atau masker N95.

"Karena masker kain tidak bisa memproteksi masuknya semua partikel dan ini tidak disarankan bagi tenaga medis. (Sebab) 40 hingga 90 persen partikel bisa menembus masker. Idealnya, dikombinasikan dengan penutup wajah," ucapnya di Gedung BNPB Jakarta, Rabu, (1/4/2020).

Menurutnya, pengguna masker kain juga perlu untuk menjaga jarak 1 sampai 2 meter untuk mencegah penularan virus corona. Terdapat sejumlah mekanisme penularan virus dua di antaranya melalui droplet dan airbone (partikel kecil yang terbawa udara).

Lanjutnya, masker kain ini memang memiliki perlindungan dari droplet, meski kecil. Tingkat perlindungan bagi partikel droplet ukuran tiga mikron hanya 10 sampai 60 persen. Jadi masih tergolong tinggi penularannya.

"Masker kain, perlindungan terhadap droplet ada, tapi tidak ada perlindungan terhadap aerosol atau partikel yang airbone," ungkap Erlina

Ilustrasi masker bedah. (INDOZONE/Samsudhuha Wildansyah)

Pengunaan masker kain, sambungnya, bisa digunakan sebagai pilihan terakhir jika ketersediaan masker bedah sudah sangat langka di pasaran. Tapi, itu pun dengan catatan, bahwa yang wajib menggunakan masker bedah adalah orang sakit dan tenaga medis. Sementara masyarakat sehat, dapat menggunakan masker bedah jika keluar rumah atau merawat orang sakit.

"Kalau orang sehat memborong dan memakai (masker bedah), maka ketersediaan masker ini tidak ada lagi bagi tenaga kesehatan maupun orang sakit. Dan ini berbahaya, kalau orang sakit tidak ada akses terhadap masker, bisa jadi orang sakit ini jadi sumber penularan kita semua," paparnya.

Erlina mengatakan, masker bedah efektif mencegah partikel airbone ukuran 0,1 mikron dari 30 hingga 95 persen. Namun, masih memiliki kelemahan, yakni tidak bisa menutupi permukaan wajah secara sempurna terutama di sisi samping kiri dan kanan masker. Dan, hanya bisa digunakan sekali pakai.

Ilustrasi masker N95. (INDOZONE/Sigit Nugroho)

Adapun masker N95, memang tingkat efektifitas pencegahan penularan mencapai 95 persen. Namun, masker ini tidak boleh dipakai oleh sembarang orang dan menjadi protokol wajib tenaga kesehatan, yang harus berkontak langsung dengan pasien penderita.

"N95, masker ini mempunyai proteksi yang baik untuk droplet dan juga memiliki proteksi aerosol. Makanya dianjurkan untuk tenaga medis, bukan masyarakat. Dan efektifitasnya cukup tinggi (menyaring) partikel ukuran 0,1 mikron aerosol sampai 95 persen," pungkasnya. 

Artikel Menarik Lainnya:

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Ada Plus Minus, Masker Bukan Pencegah Tunggal Covid-19

Link berhasil disalin!