Menperin Agus Gumiwang dengan pengusaha Korea Selatan. (Kemenperin).
Kementerian Perindustrian terus melakukan upaya pendekatan pada perusahaan global terutama asal Korea Selatan, untuk menambah investasinya di Indonesia. Langkah ini, sebagai cara Indonesia memperkuat struktur manufaktur sektor hulu sampai hilir yang terintegrasi.
Salah satu perusahaan Korea Selatan yang di datangi langsung Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita adalah Lotte Chemical, yang sebelumnya sudah berinvestasi di Indonesia.
Saat dikunjungi Agus, perusahaan ini, memastikan menambah investasinya, sehingga akan menjadi US$4,3 miliar untuk pembangunan kompleks pabrik petrokimia di Indonesia.
"Mereka mau tambah investasi, meski pabriknya saat ini masih dalam proses pembangunan,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya, Rabu (20/11).
Dengan tambahan investasinya, Lotte akan meningkatkan kapasitas produksi naphta cracker menjadi 3,5 juta ton per tahun dari rencana awalnya 2 juta ton per tahun.
Korporasi raksasa asal Negeri Ginseng tersebut, telah membenamkan modalnya untuk membangun kompleks pabrik petrokimia di Cilegon, Banten sebesar US$3,5 miliar atau sekitar Rp53 triliun. Apabila tambahan investasi terealisasi, diproyeksi menjadi US$4,3 miliar atau sekitar Rp60,6 triliun.
Pabrik yang berdiri di atas lahan seluas 100 hektare, akan mengolah naphta cracker lebih bernilai tambah tinggi. Bahan baku tersebut bisa dihasilkan menjadi beberapa produk turunan, yakni ethylene, propylene, polypropylene, dan lainnya. Setelah resmi beroperasi, hasil produksi dari pabrik ini bakal digunakan untuk memenuhi permintaan domestik maupun global.
Kemenperin mencatat, sepanjang periode Januari-Agustus 2019, nilai ekspor kelompok industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia ini telah menyumbang hingga US$9 miliar.
Agus menegaskan, pihaknya bertekad fokus mendorong tumbuhnya industri petrokimia di Indonesia. Sebab, industri petrokimia yang dikategorikan sebagai sektor induk (mother of industry) ini menghasilkan berbagai komoditas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku oleh sektor manufaktur lainnya, seperti industri kemasan, tekstil, alat rumah tangga, hingga komponen otomotif dan produk elektronika.
"Berdasarkan karakteristiknya, industri petrokimia merupakan jenis sektor manufaktur yang padat modal, padat teknologi dan lahap energi sehingga perlu mendapat perhatian khsusus dari pemerintah untuk langkah pengembangan yang berkelanjutan," katanya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: