Ilustrasi. (Pixabay/Gerd Altmann)
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 152 Tahun 2019 yang mengatur kenaikan tarif cukai rokok per 1 Januari 2020 sebesar 21,55 persen dan kenaikan harga jual rokok sebesar 35 persen dari harga saat ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri sebelumnya telah menyampaikan bahwa andil rokok dan tembakau terhadap inflasi tidak terlalu besar, hanya di angka 0,01 persen.
Namun jika dilihat dari jumlah kenaikan tarif cukai rokok dalam regulasi tersebut, tercatat rokok jenis Sigaret Putih Mesin (SPM) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM) menjadi rokok yang paling besar nilai kenaikannya.
Padahal rokok jenis itu paling banyak dikonsumsi kalangan pelajar dan mahasiswa yang notabene-nya paling banyak berada di kota seperti Bandung, Yogyakarta dan Surabaya. Hal itulah yang kemudian bakal mempengaruhi nilai inflasi di tiga kota pelajar tersebut.
"Kalau kita lihat polanya itu, SKM dan SPM itu yang paling besar produksinya hampir 360 miliar batang dan itu yang paling terpengaruh karena harganya naik paling tinggi," ujar Direktur Eksekutif Institut Development For Economics And Finance (Indef) saat dihubungi Indozone, Senin (4/11).
Sementara secara regional sebagai kota produsen tembakau dan rokok yang akan terpengaruh kenaikan cukai rokok antara lain daerah Malang, Kudus, beberapa Kabupaten di NTB dan Kediri karena basis produksi mereka adalah SKT (Sigaret Kretek Tangan) dan juga SKTF (Sigaret Kretek Tangan Filter).
"Kota-kota itu akan terpengaruh. Mereka akan berjaga-jaga menahan pembelian 10-15 persen. Mereka juga akan mengurangi pembelian tembakaunya, dan ini yang akan berpengaruh," tuturnya.
Sebagai informasi, dari data BPS diketahui, tingkat inflasi bulan Oktober 2019 di kota-kota pelajar seperti Yogyakarta relatif masih rendah, yaitu di angka 0,18 persen. Sedangkan kota-kota pelajar lainnya seperti Depok, Bandung dan Surabaya justru masih mengalami deflasi yaitu masing-masing 0,09 persen, 0,13 persen dan 0,08 persen.
Adapun tingkat inflasi bulan Oktober 2019 di kota-kota produsen tembakau, cengkeh dan rokok kretek tangan seperti Kudus dan Kediri relatif masih rendah di angka 0,10 persen dan 0,32 persen. Sedangkan di kota Malang justru mengalami deflasi 0,04 persen. (SN).
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: