Bagi sebagian orang, sunat adalah salah satu tradisi, baik dari segi budaya maupun agama yang wajib dilakukan bagi pria yang mulai memasuki usia remaja.
Namun berbeda dengan negara-negara di Asia, beberapa negara di dunia khususnya Eropa, sunat masih tabu. Bahkan, American Academy of Pediatrics (APP) telah mengecam tindakan sunat pada anak laki-laki karena dianggap mengganggu psikis anak.
Teori dan pendapat terkait praktik sunat pun banyak beredar. Ada teori yang menyebutkan bahwa sunat berasal dari kebudayaan Mesir Kuno, Arab Selatan, dan sebagian budaya Afrika.
D. Doyle dalam “Ritual Male Circumcicion: a Brief History” terbit dalam The Journal of the Royal College of Physicians of Edinburgh menjelaskan praktik sunat sudah berlaku di beberapa bagian Afrika seperti Mesir, kepulauan di Laut Selatan, Australia oleh suku Aborigin, dan oleh suku Inca, Aztec, Maya, juga orang-orang Yudaisme, dan Islam.
Referensi paling awal soal sunat berasal dari 2.400 SM. Terbukti dengan ditemukannya relief di pemakaman kuno Saqqara yang menggambarkan serangkaian adegan medis, termasuk sunat pisau.
Namun, menurut perkiraan Doyle, orang Mesir mengadopsi sunat dari masa yang jauh lebih awal dari orang-orang yang tinggal di wilayah yang lebih jauh ke selatan yaitu Sudan dan Ethiopia.
Bicara tentang sunat, ada beberapa fakta lain yang berkaitan dengan praktik ini. Berikut adalah tiga di antaranya:
Sekitar tahun 1800-an, seorang dokter pernah berdalih bahwa sunat dapat menyembuhkan beberapa penyakit, mulai dari demam hingga kelumpuhan.
Dalam jurnal Transactions of the American Medical Association, Lewis Sayre, seorang profesor bedah ortopedi di Bellevue Hospital Medical College menceritakan pengalamannya pernah membedah pasien laki-laki lumpuh berusia 5 tahun.
Kemudian, Sayre menemukan bahwa kulup pada anak laki-laki itu mengalami masalah dan menimbulkan rasa sakit berlebihan. Setelah diperiksa, dokter berspekulasi bahwa masalah kulup adalah penyebab kelumpuhan si anak. Kemudian, anak tersebut disunat dan dikabarkan dia dapat berjalan lagi jelang dua minggu pasca operasi.
Beberapa prosedur sunat dilakukan dengan tiga cara, yaitu Clamp Mogen, Plastibell, dan Klem Gomco. Dari ketiga cara itu, metode Klem Gomco dapat meninggalkan bekas cokelat di kepala penis. Selain itu, ada yang mengatakan bahwa bentuk pola penis pada pria akan berbeda-beda tergantung dari pengerjaan sunatnya.
Catatan sejarah pernah menyebutkan bahwa pelopor sunat adalah Mesir sekitar 2.400 Sebelum Masehi. Pada masat itu, sunat dilakukan untuk anak laki-laki yang beranjak menuju remaja. Maka, fakta yang beredar pun menyatakan orang yang pertama kali disunat adalah orang Mesir.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: