Curhat Warga Gaza di Masjid Jogokariyan Yogyakarta : Suaminya Hilang Pendengaran, Anak-Anaknya Trauma!
INDOZONE.ID - Salah satu keluarga dari pengungsi Gaza Palestina mengaku sudah ke-10 kali, dirinya bersama keluarganya mengungsi dari camp satu ke camp lainnya selama agresi Israel. Ini karena Israel terus menghantam bahkan membakar tenda para pengungsi.
"Rumah-rumah sekeluarga sudah hancur semua, luluh lantak. Ada dua rumah pertama rumah mertua, satu rumah suami saya. Rumahnya sudah hancur. Kami pun pindah dari camp satu ke camp lainnya sebanyak 10 kali", ucap Hanadi saat curhat mengenai kondisi tanah kelahiran mereka ke jemaah Masjid Jogokariyan, Kota Yogyakarta, Kamis (12/9/2024).
Hanadi juga menyebut, di sana sudah tidak ada tempat aman bagi mereka. Karena setiap ada pengungsi, Israel tetap meluncurkan serangan kepada warga Palestina.
"Kalau Israel bilang tempat ini aman sebagai pengungsian, mereka pun akan menghancurkan tempat itu. Jadi memang tidak ada tempat yang aman sama sekali," kata Hanadi sambil menahan tangis.
Dalam kesempatan ke Yogyakarta tersebut, Hanadi datang bersama suami, mertua, beserta anak-anaknya.
Hanadi menyebut, ini merupakan masa-masa yang paling berat baginya dan keluarga rasakan. Apalagi rumah yang dihancurkan adalah rumah hasil tabungan 20 tahun mertuanya.
"Itu adalah hari-hari yang paling sulit yang saya dan keluarga jalani karena rumah yang selama ini saya jalani ini merupakan hasil tabungan sama mertua saya selama 20 tahun lebih," ucapnya.
Karena di Gaza tidak semuanya memiliki mobil. Dirinya bersama keluarga rela berjalan kaki dengan mengangkut semua barang (dibungkus plastik) yang sekiranya bisa diselamatkan.
"Di Gaza tidak semua orang mempunyai mobil, jadi keluarga saya jalan kaki dengan mengangkut semua barang yang bisa diselamatkan dari rumah. Kita jalan dari tempat satu ke tempat lainnya," bebernya.
Setiap bulan Ramadan, Hanadi membayakan momen tersebut merupakan momen penting bersama keluarga untuk berkumpul. Namun faktanya, hal itu belum bisa direalisasikan olehnya karena serangan Israel yang kian hari makin gencar.
"Saya membayangkan ketika Ramadan yang mana momen Ramadan merupakan momen penting bersama keluarga, tapi nyatanya keluarga saya berpindah dari camp satu ke camp lainnya yang bahkan air untuk minum pun susah, makan pokok pun susah," ucapnya sambil tahan nangis.
"Saya bahkan membayangkan keluarga saya makan di atas tanah (beralas tanah langsung) karena berpisah dengan saya," lanjut Hanadi tahan tangis.
Anak-Anaknya Mengalami Trauma dan Suaminya Hilang Pendengaran
Tidak hanya rumahnya yang dihancurkan, keluarganya pun dihancurkan yang mengakibatkan suaminya Hanadi mengalami gangguan pendengaran akibat serangan masif bom Israel.
Ditambah tiga anaknya pun mengalami trauma atas serangan-serangan Israel. Termasuk putra bungsu bernama Yusuf yang masih tiga tahun.
"Ketika mendengar suara pesawat, dia (Yusuf) mengira itu pesawat Israel. Itu masih terjadi meski sudah berpindah-pindah tempat," bebernya.
Impian Punya Rumah Sendiri Telah Sirna
Lanjut Hanadi menyampaikan pula, dirinya bercita-cita ingin memiliki rumah sendiri untuk keluarga kecilnya itu. Namun impian itu sirna karena serangan Israel yang tak kunjung habis.
"Jadi cita-cita saya ingin punya rumah untuk anak cucu bahkan untuk saya sendiri, tetapi semua impian buat rumah-rumah itu sudah hancur karena terpaksa mengungsi dari satu tempat ke tempat lainnya," ujar Hanadi.
Meski begitu, Hanadi menekankan bahwa Gaza tetap ada di hatinya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung