INDOZONE.ID - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Hanif Faisol Nurofiq meninjau lokasi banjir di Imogiri, Bantul, DIY, Minggu (20/4/2025).
Sebelumnya pada 28 Maret 2025, Sungai Celeng dan Embung Wukirsari yang berada di Imogiri, Bantul, DIY meluap karena terjadi intensitas hujan tinggi sejak pagi. Sungai Celeng dan Embung Wukirsari tidak mampu menampung debit air yang melimpah.
Selain itu, kontur tanah di sekitar lokasi relatif rendah, dan mengakibatkan puluhan rumah dan Polsek Imogiri terendam banjir.
Ditemui usai melakukan peninjauan, Menteri Hanif mengatakan, berdasarkan data yang ia dapatkan, curah hujan mencapai angka 150 mm per hari. Angka itu sangat tinggi, jika diukur dengan indikator batasan 100 mm per hari. Selain itu, ia beserta jajarannya juga melakukan analisa landscape di lokasi untuk memastikan penyebab banjir tersebut.
"Standarnya kami dengan teman-teman Lingkungan Hidup baik di kabupaten maupun provinsi pasti menganalisa landscape. Dari landscapenya ini ada perubahan tutupan hutan yang cukup signifikan di das ini," katanya.
Menteri Hanif menyebut, di bagian sub das hulunya pada tahun 2010 ke bawah, terdata ada tegakkan hutan sebesar 18ribu hektar. Namun data saat ini, tutupan hutan tersebut hanya tinggal 9ribu hektar.
"Jadi hilang separuh. Kemudian diperparah dengan adanya pertambangan-pertambangan di atas. Jadi dari sisi teknis tadi ada sedimentasi yang mencolok terkait dengan air permukaan, air larian di 6 tambang yang ada di hulu," jelasnya.
Menyikapi fakta itu, Menteri Hanif akan mengambil tindakan untuk melakukan pengawasan lingkungan, yang dibantu oleh jajarannya di daerah. Nantinya, ada beberapa rumusan yang akan diterapkan berdasarkan hasil pengawasan lingkungan yang dilakukan hari ini.
"Mungkin nanti tindak lanjutnya bisa di Pak Bupati, bisa Pak Gubernur, bisa saya yang akan memberikan arahan-arahan lingkungan untuk mengembalikan fungsi hidrologisnya di daerah Bantul ini," ungkapnya.
Selain itu Menteri Hanif juga menerima laporan dari Bupati Bantul bahwa, daerahnya menjadi hilir dari das-das yang ada di hulu. Karenanya, aturan menteri tentang payment for ecosystem services ini harus diterapkan.
"Jadi ekosistem yang harus membayarkan pada saat ekosistem lain mendapat manfaatnya. Nanti akan dijembatani oleh Kadis LH selaku koordinator kabupaten kota. Saya rasa akan menjadi penting untuk mengembalikan landscape ini," tandasnya.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menambahkan, ada dua hal yang disampaikan Menteri Hanif dalam kunjungan tersebut. Pertama, mengenai peristiwa banjir yang terjadj beberapa waktu lalu dan kedua, terkait masalah penanganan sampah.
Lebih lanjut Abdul Halim menyebutkan, peristiwa banjir tersebut harus dilihat dari berbagai sisi. Di antaranya adalah perubahan landscape akibat terjadinya alih fungsi tutupan vegetasi.
"Itu terbukti mengakibatkan terjadinya banjir seperti Jakarta karena perubahan landscape besar-besaran di kawasan Puncak. Demikian juga yang terjadi di Bantul. Bantul itu adalah hilir dari seluruh perairan di DIY, maka ini juga harus dilihat dalam kawasan yang lebih luas, yaitu regional DIY. Misal perubahan landscape di Sleman, di Kota Yogyakarta, itu tidak bisa dipisahkan dariperistiwa banjir," ungkapnya.
Abdul Halim menutrkan, secara khusus Menteri LHK akan menurunkan pengawas lingkungan dan mengevaluasi ulang perubahan landscape di DIY, termasuk di Kabupaten Bantul. Utamanya, perubahan landscape karena adanya pertambangan dan pembangunan perumahan.
"Ini semata-mata untuk mengendalikan lingkungan dalam jangka panjang. Sekali lagi, ini kita berpikir jangka panjang ya. Artinya tutupan vegetasi hari ini yang masih cukup lumayan saja itu sudah terjadi banjir yang demikian besar. Apalagi kalau perubahan landscape itu terus menerus terjadi, kita nggak bisa membayangkan banjir di masa depan itu seperti apa," jelasnya.
Menurut Abdul Halim, embung di Imogiri 2 ini menjadi salah satu sarana pressurevasi air yang tujuannya untuk mengisi kembali air tanah di samping berfungsi untuk pengendalian banjir.
Diketahui, Sungai Celeng ini adalah sungai yang setiap tahun ini dibangun dua embung.
"Ini enggak main-main, dua embung sekaligus. Embung Imogiri 2 dan di Giriloyo itu Embung Imogiri 1. Dua-duanya itu dilalui Sungai Celeng, tapi ternyata upaya inipun juga masih belum cukup untuk menghambat terjadinya banjir. Berarti ini ada faktor lain, itu tadi perubahan landscape karena adanya alih fungsi tidak terkendali karena pertambangan," ujar Abdul Halim.
Adanya instruksi untuk mengirim pengawas lingkungan ini dimaksudkan agar landscape di Bantul lebih terjaga dan mapan. Kata Halim, misalnya pembabatan pohon secara masif ini akan mengurangi daya serap air ke tanah.
Begitu juga dengan bebatuan yang sudah mapan namun ditambang, maka mengakibatkan kiriman lumpur dan sampah yang berujung pada terjadinya sedimentasi.
"Jadi sekali lagi harus dilihat dalam lingkup yang lebih luas yaitu DIY. Bahkan ketika Bantul tidak hujan sedikitpun, tetep banjir. Karena Sleman hujan, Kota Yogyakarta hujan, akhirnya lari ke Bantul semua. Ada apa dengan perubahan landscape di sana? Kok air tidak bisa diserap secara optimal," tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DIY, Kusno Wibowo menjelaskan, berdasarkan data yang ada, tutupan tanah yang ada di DIY saat ini berkisar di angka 30,33 persen.
Angka ini menunjukkan, tutupan tanah di DIY sesuai standar, yakni di atas 30 persen.
Jika banjir yang terjadi di Imogiri beberapa waktu karena terjadi tutupan tanah berkurang, lanjut Kusno, hal itu hanya salah satu faktor saja. Ada beberapa faktor lain yang perlu dikaji ulang untuk mengetahui penyebab banjir tersebut.
"Itu salah satu saja, ada faktor lain yang harus dikaji ulang. Banjirnya juga tidak terjadi musiman, hanya periodik saja dalam kurun waktu tertentu, berapa tahun sekali misalnya," jelasnya.
Soal pembangunan tempat wisata di kawasan agak tinggi di Bantul, Kusno mengungkapkan, hal itu tidak menjadi masalah. Namun dengan catatan, pembangunan kawasan wisata berada di wilayah hutan yang diawasinya.
"Kami sampaikan itu aman ya. Artinya kalau mereka memakai kawasan hutan yang ada di DIY, kami nyatakan masih aman. Artinya mereka tidak boleh merubah kontur tanah, menebang pohon. Hanya melayani jasa saja," pungkasnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung