Rabu, 27 NOVEMBER 2024 • 11:40 WIB

5 Fakta Gencatan Senjata Antara Israel dan Hizbullah yang Mulai Berlaku Hari ini

Author

Presiden Joe Biden berbicara di Rose Garden di Gedung Putih, Selasa, 26 November 2024, di Washington. (channelnewsasia.com)

INDOZONE.ID - Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah Lebanon akan mulai berlaku pada Rabu, 27 November 2024, setelah disepakati oleh kedua belah pihak melalui mediasi Amerika Serikat dan Prancis.

Presiden AS, Joe Biden, mengumumkan hal ini pada Selasa (26/11).

Dia menyebut kesepakatan ini sebagai langkah menuju penghentian konflik, yang telah menewaskan ribuan orang sejak pecahnya perang Gaza tahun lalu.

Gencatan Senjata yang Dirancang Permanen

Presiden As Joe Biden.

Dalam pernyataannya di Gedung Putih, Biden menjelaskan bahwa gencatan senjata ini dirancang untuk menjadi penghentian permanen permusuhan antara kedua belah pihak.

Biden juga telah berkomunikasi langsung dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, serta Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Mikati, untuk memastikan komitmen kedua negara terhadap kesepakatan ini.

Baca Juga: Israel Selidiki Dugaan Kebocoran Dokumen Rahasia oleh Ajudan Netanyahu

Pertempuran akan berakhir pada pukul 4 pagi waktu setempat, dengan Israel secara bertahap menarik pasukannya selama 60 hari ke depan.

Penarikan ini akan diikuti oleh pengambilalihan wilayah perbatasan oleh tentara Lebanon untuk memastikan Hizbullah tidak membangun kembali infrastrukturnya di sana.

Sambutan dari Berbagai Pihak

Presiden Prancis Emmanuel Macron. (REUTERS/Ludovic Marin)

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menyambut baik kesepakatan ini melalui unggahannya di platform X.

Dia menggambarkan kesepakatan ini sebagai puncak dari upaya panjang yang dilakukan bersama otoritas Israel dan Lebanon dengan dukungan AS.

Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, juga menyatakan dukungan penuh terhadap perjanjian tersebut.

Kementerian Luar Negeri Lebanon menyebutkan bahwa tentara Lebanon siap mengerahkan minimal 5.000 personel di wilayah selatan untuk mendukung implementasi kesepakatan.

Israel Siap Mengawasi dan Menegakkan Gencatan Senjata

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. (REUTERS/Ronen Zvulun)

Netanyahu menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan perjanjian ini, seraya menegaskan bahwa Israel akan merespons tegas setiap pelanggaran yang dilakukan Hizbullah.

Ia juga menyebut gencatan senjata ini sebagai kesempatan untuk mengalihkan fokus ke ancaman dari Iran, memulihkan persediaan senjata, serta memberikan waktu istirahat bagi militer Israel.

“Kami telah melemahkan Hizbullah hingga puluhan tahun ke belakang. Sebagian besar pemimpin, roket, dan infrastruktur teroris mereka telah dihancurkan,” ujar Netanyahu.

Situasi di Lapangan Menjelang Gencatan Senjata

Tim penyelamat menggunakan ekskavator saat mencari korban di lokasi serangan udara Israel yang menghantam sebuah bangunan di Beirut, Lebanon, Selasa, 26 November 2024. (channelnewsasia.com)

Meskipun gencatan senjata telah diumumkan, ketegangan di lapangan tetap tinggi pada Selasa malam (26/11), beberapa jam sebelum perjanjian mulai berlaku.

Militer Israel meluncurkan serangkaian serangan udara yang diklaim menargetkan infrastruktur keuangan Hizbullah di Beirut, sementara Hizbullah terus meluncurkan roket ke wilayah Israel.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Tipis Karena Ketegangan Iran dan Israel

Seorang ibu dua anak dari desa Qaaqaiyat al-Snawbar di Lebanon selatan, yang terpaksa mengungsi ke Beirut, berharap perdamaian ini dapat menjadi awal untuk kembali ke rumah mereka.

“Separuh desa kami telah hancur. Semoga kami bisa kembali ke tanah kami,” harapnya.

Tantangan dan Harapan

Jeanine Hennis-Plasschaert, Koordinator Khusus untuk Lebanon. (iraq.un.org)

Di sisi lain, beberapa pihak di Israel, termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, skeptis terhadap kemampuan tentara Lebanon dalam menahan Hizbullah.

Sementara itu, hasil survei menunjukkan opini masyarakat Israel terpecah. Sebanyak 37 persen mendukung gencatan senjata, sementara 32 persen menolaknya.

Meskipun masih banyak tantangan, Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Koordinator Khusus untuk Lebanon, Jeanine Hennis-Plasschaert, memuji kesepakatan ini dan mendorong langkah nyata untuk memastikan perdamaian yang berkelanjutan.

Kesepakatan ini diharapkan memberikan kesempatan bagi warga sipil di kedua belah pihak untuk kembali membangun kehidupan mereka.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Channelnewsasia.com