INDOZONE.ID - Pedagang sembako mengaku terbebani dengan wacana kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak mentah oleh pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Pedagang mengantisipasi dengan menaikkan harga Minyakita lebih awal. Rita, salah seorang pedagang sembako yang ada di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menyatakan harga di pasaran kurang stabil.
Lalu, dia bercerita, bahwa mendapatkan informasi terkait kenaikan Minyakita dari penjual pasar yang menawarkan produk kepadanya.
Baca Juga: Stok Minyak Goreng Bulog Samarinda Cukup untuk Satu Bulan
"Setelah mendapat informasi ke depan, pedagang akan sulit menyediakan stok Minyakita jika tidak segera memesan lebih awal,” ungkap Rita, Jumat (12/7/2024).
“Barangnya juga susah nyarinya kalau harganya naik, mending ngikutin saja kaya air mengalir,” jelasnya, Kamis (11/7/2024).
Diketahui, Rita lebih banyak memesan berupa botol 900 ml. Sebab, harganya lebih murah ketimbang kemasan botol 1 liter.
Baca Juga: Sidang Putusan Kasus Minyak Goreng, Hakim: Kerugian Perekonomian Negara Tidak Terbukti
Sementara itu, untuk kemasan botol 900 ml, dijual dengan harga Rp15 ribu. Untuk kemasan 1 liter, dihargai Rp16 ribu.
Jika ke depan HET Minyakita yang ditetapkan pemerintah, disebutnya untuk satu krat berisi 12 botol 900 juta dihargai Rp175.000. “Kalau naik lagi, besok ambilnya Rp175 ribu per dus isi 12. Itu cuma buat pelanggan yang mepet-mepet aja,” pungkasnya.
Dirinya berharap harga minyak bumi bisa stabil lagi agar masyarakat tidak bingung melakukan pembelian.
Baca Juga: Sidang Putusan Kasus Minyak Goreng, Hakim: Kerugian Perekonomian Negara Tidak Terbukti
“Kalau harganya sih stabil, nggak bikin harganya membingungkan. Kalau telurnya udah naik, ya udah naik, jangan yang naik-turun,” harapnya.
Terpisah, Kepala Bidang Ketersediaan Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta, Sri Rismawati, menyampaikan, masyarakat telah tersegmentasi dalam pembelian Minyakita.
Meski Harga Minyakita mengalami kenaikan, dirinya menyebut tak ada pengaru terhadap para pembeli. Sebab, pembeli terlanjur suka dengan minyak tersebut.
Baca Juga: Cerita Terdakwa Dugaan Korupsi Klaim Upaya Perusahan Sawit Atasi Kelangkaan Minyak Goreng
“Kalau minyak goreng itu untuk stabilisasi gini mas, masing-masing produk punya sendiri-sendiri,” ungkapnya.
“Misalnya Ayam Goreng Bu Tini, mahal atau enggak, tidak ngaruh. Jika rumah tangga ada segmen mana yang murah, yang pasti dia beli. Ada juga yang masih beli meskipun mahal,” lanjutnya.
Menurutnya, harga Minyakita di pasar, mayoritas masih stabil. Kendati begitu, hal tersebut akan berubah menunggu perubahan kebijakan pemerintah dalam menetapkan HET.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan