Indonesia Getol Kurangi Transaksi Pakai Dolar AS, akan Susul Iran dan Rusia Buang Dolar untuk Perdagangan?
INDOZONE.ID - Bank Indonesia (BI) semakin getol dalam mengurangi transaksi dengan dolar Amerika Serikat (AS), sebagai alat transaksi dalam rangka perdagangan antarnegara dan investasi.
Upaya untuk mengurangi dominasi dolar ini telah dilakukan Indonesia sejak 2018 lalu, dengan melalui local currency settlement (LCS), yang sekarang namanya berubah menjadi local currency transaction (LCT).
Perlu diketahui, penggantian nama dari LCS menjadi LCT terjadi karena penggunaan rupiah di negara-negara yang telah menjalin kerja sama bilateral dengan Indonesia, tidak terbatas pada transaksi perdagangan dan investasi saja.
Kini, dengan LCT, orang bisa melakukan transaksi pembayaran lintas batas alias cross border payment dan untuk transaksi di pasar keuangan, untuk membeli surat berharga negara (SBN) sekuritas rupiah BI (SRBI), atau instrumen keuangan lainnya.
Sementara itu, sampai saat ini Indonesia telah menjalin kerja sama LCT dengan Thailand, Malaysia, Jepang, dan China. Kemudian, kini bank sentral Indonesia juga sedang mengupayakan kerjasama LCT dengan Korea Selatan, India, Arab Saudi, dan Singapura.
Baca Juga: Warga Gaza Harus Membayar 5 Ribu Dolar AS untuk Melintasi Perbatasan Rafah
“Jumlah pelaku terus meningkat, sekarang jumlahnya 2.469 nasabah dan mayoritas berasal dari Malaysia,” kata Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti belum lama ini.
Ihwal transaksi, BI mencatat, per Desember 2023, nilai transaksi LCT telah mencapai US$5,9 miliar, tumbuh 55,2 persen dibanding periode yang sama di tahun 2022. Sedangkan dibandingkan November 2023, transaksi LCT Desember 2023 mengalami peningkatan dari yang tadinya hanya US$5,4 miliar.
“Ini merupakan pertanda positif, menunjukkan ketertarikan yang meningkat terhadap transaksi mata uang lokal. Peningkatan ini menjadi salah satu potensi yang menarik untuk ditingkatkan di masa yang akan datang,” tambah Destry.
Sementara itu, upaya dedolarisasi yang dilakukan BI ini nampaknya menjadi sinyal kuat, bahwa Indonesia bakal menyusul negara-negara lain yang sudah menggunakan mata uang lokalnya sendiri untuk transaksi perdagangan di luar negeri. Upaya ini sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap dolar AS.
Terlepas dari itu, Teheran dan Moskow baru saja mengumumkan bahwa mereka telah menyelesaikan perjanjian, di mana mereka akan memperdagangkan mata uang lokal dan bukan dolar AS di pasar internasional. Kesepakatan itu diselesaikan pada pertemuan yang diadakan di Rusia, antara gubernur bank sentral Iran dan Rusia.
Platform seperti sistem pesan non-SWIFT dan menjalin hubungan perantara bilateral menggunakan mata uang nasional kini digunakan oleh perbankan dan dunia usaha di kedua negara itu.
Baca Juga: Polisi Geledah Rumah Anak Buah Bandar Narkoba Fredy Pratama di BSD, Gepokan Dolar Disita
“Pembentukan platform keuangan dan perbankan baru telah membuka 'babak baru' dalam hubungan perbankan antara Iran dan Rusia, dengan kedua negara sepakat untuk membuang dolar AS dan sebagai gantinya memperdagangkan mata uang lokal,” kata kantor berita Iran, IRNA, dikutip Anadolu Ajensi (AA), Minggu (31/12).
Sementara itu, pada Juli 2022, Iran dan Rusia pertama kali mengumumkan rencana untuk menggunakan mata uang nasional mereka, alih-alih dolar AS dalam perdagangan bersama. Dalam pertemuan bulan itu di Teheran, pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan perlunya meninggalkan dolar dalam perdagangan global.
Sebagai tanggapan, Presiden Rusia Vladimir Putin mencatat, bahwa AS mencoba menggunakan dolar sebagai alat penekan negara-negara lain. Dalam kesempatan itu dia juga mengungkapkan bahwa Iran dan Rusia sedang berupaya menggunakan mata uang nasional mereka dalam hubungan perdagangan.
Writer: Putri Octavia Saragih
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Reuters