Rabu, 20 DESEMBER 2023 • 08:51 WIB

Pemanasan Global dan Pemompaan Air Tanah Berlebih Jadi Alasan Jakarta Bisa Tenggelam pada Tahun 2050

Author

Jakarta

INDOZONE.ID - Peningkatan suhu global dan naiknya permukaan laut telah menimbulkan konsekuensi serius, terutama bagi kota-kota pesisir.

Jakarta, Indonesia, menjadi salah satu korban utama yang terancam oleh dualitas efek dari pemanasan global dan pemompaan air tanah berlebihan.

Menurut laporan dari World Economic Forum, Jakarta menduduki peringkat teratas sebagai kota pesisir yang paling terancam tenggelam.

Baca Juga: Bawa Dokumen KPK di Sidang Prapradilan, Firli Bahuri Dipolisikan

Penurunan tanah mencapai 6,7 inci per tahun, diakibatkan oleh aktivitas pemompaan air tanah yang berlebihan. Pemompaan ini tidak hanya merubah tekanan tanah, tetapi juga menyebabkan perubahan volume yang membuat daratan semakin rendah.

Peringatan serius muncul bahwa sebagian besar kota Jakarta diprediksi akan tenggelam pada tahun 2050.

Dampak ini tidak hanya disebabkan oleh kenaikan permukaan laut, melainkan juga oleh pemompaan air tanah yang berlebihan, menciptakan kombinasi yang merugikan.

Baca Juga: Korea Utara Luncurkan Rudal Jarak Jauh Paling Kuat Setelah Pertemuan Korea Selatan-AS

Tidak hanya Jakarta, banyak kota di sepanjang pesisir menghadapi ancaman serupa. Pemompaan air tanah yang tidak terkendali di beberapa wilayah meningkatkan risiko hilangnya daratan. Oleh karena itu, perlindungan lingkungan menjadi krusial dalam menghadapi tantangan ini.

Ketidakseimbangan lingkungan dan aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan harus segera mendapat perhatian. Dengan tidak adanya tindakan yang signifikan, bukan tidak mungkin bahwa lebih banyak kota-kota pesisir akan menghadapi nasib serupa seperti Jakarta.

Writer: Ananda Fachreza Lubis


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: World Economic Forum