Senin, 15 MARET 2021 • 21:32 WIB

Mengenang Sosok Anton Medan, Kisah Preman Insaf yang Jadi Mualaf dan Gemar Berdakwah

Author

Anton Medan (photo/fajararyanto)

Nama Anton Medan sangat ditakuti banyak orang karena dikenal sebagai penjahat paling sadis saat melakukan aksi premanisme.

Anton Medan adalah sosok preman kelas kakap yang sudah menggeluti dunia kriminal sejak usianya masih 12 tahun. Tak heran jika ia bolak-balik keluar masuk penjara akibat ulahnya.

Pemilik nama asli Tan Hok Liang ini kerap terlibat kasus perampokan, judi, dan tindakan kriminal lainnya yang meresahkan masyarakat.

Pria kelahiran Tebing Tinggi, 10 Oktober 1957 ini telah berpulang di usia 63 tahun karena penyakit stroke dan diabetes yang dideritanya setahun belakangan.

Anak Jalanan Tebing Tinggi

Anton remaja yang saat itu putus sekolah harus menanggung beban menjadi tulang punggung keluarga. Ia pun bekerja sebagai calo di Terminal Tebing Tinggi.

Kegiatan hariannya membantu sopir bus untuk mendapatkan penumpang. Suatu hari, Anton terlibat perseteruan dengan salah satu sopir bus.

Anton mengaku tidak menerima upah padahal ia telah mencarikan penumpang. Dikuasai amarah, Anton pun memukul kepala sopir bus dengan balok.

Selang beberapa waktu, peristiwa serupa terjadi lagi. Setelah dipukuli oleh beberapa sopir bus, Anton tak segan menyabet perang hingga salah satu sopir tewas di tangannya.

Kejadian tersebut membuatnya harus mendekam di penjara selama empat tahun. Keluar dari penjara, Anton merasa keluarganya tidak menerimanya lagi.

Preman di Ibu Kota

Anton saat berada di LP Sukamiskin, Bandung (photo/fajararyanto)

Karena tidak diterima lagi di rumah keluarganya, Anton pun merantau ke Jakarta untuk mencari pamannya. Namun lagi-lagi, sang paman tidak menerimanya karena ia narapidana.

Anton pun hidup menggelandang di ibu kota. Keadaan yang tak menentu, menjadikannya nekat melakukan berbagai aksi kejahatan.

Mulai dari pengedar obat-obatan terlarang, menjadi bandar judi kelas kakap, merampok, dan tindakan kriminal lainnya.

Tak hanya itu, Anton juga sempat dijadikan kambing hitam untuk orkestrasi Kerusuhan Jakarta pada tahun 1998, yang awalnya merupakan demonstrasi mahasiswa.

Kerusuhan untuk memprotes presiden Soeharto kala itu, berubah menjadi demonstrasi anti-Tionghoa di ibu kota Jakarta.

Anton yang keturunan Tionghoa, tetap turun ke jalan dan ikut kerusuhan untuk membuktikan bahwa dia setia kepada rakyat tapi dia sendiri yang jadi sasaran.

Dilaporkan pula bahwa Prabowo Subianto, menantu Suharto dan Panglima Kopassus, telah merekrut dan memanipulasi Anton Medan untuk mendapatkan pendukung militan.

Namun, dalam penyidikan kasus kerusuhan 1998, Anton membantah tuduhan terlibat aktif di balik layar, meski mengaku berada di tengah-tengah massa.

Dia menolak untuk bersaksi kecuali Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) merehabilitasi namanya terlebih dahulu.

Insaf dan Jadi Mualaf

Siapa sangka, berkat keluar masuk penjara karena tindakan kriminalnya, Anton Medan justru mendapatkan hidayah dari balik dinginnya jeruji besi, hingga akhirnya memutuskan insaf.

Pada mulanya, Anton merupakan penganut agama Buddha, lalu beralih ke Kristen selama empat tahun saat berada di penjara Cipinang.

Kemudian, ia belajar Islam hingga akhirnya tahun 1992, Anton berniat memeluk agama Islam. Namun, Anton sempat ditolak oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).

Beruntung, Anton bertemu dengan K. H. Zainuddin MZ dan dibimbing menjadi mualaf. Setelah masuk Islam, Anton pun mengubah namanya menjadi Muhammad Ramadhan Effendi.

Anton mengaku bahwa dalam proses pencarian Tuhan, ia menemukan hanya kitab suci Alquran yang bebas dari campur tangan manusia.

Ia juga mengungkapkan dalam Islam, Tuhan enggak punya anak dan tidak diperanaki. Selain itu, Islam juga membebaskan manusia dari diskriminasi ras. Itulah yang membuatnya mantap berhijrah.

Mendirikan Masjid dan Makam

Masjid Jami Tan Kok Liong (photo/travelingyuk)

Anton tak tanggung-tanggung mendalami agama Islam, ia pun mendirikan Masjid Jami' Tan Kok Liong, yang diambil dari namanya semasa kanak-kanak.

Masjid Tan Kok Liong berada di komplek Pondok Pesantren (Ponpes) Terpadu At-Ta'ibin, Jl. Raya Kampung Sawah No. 100, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.

Masjid tersebut mengusung arsitektur khas Cina dengan bentuk yang mirip istana Dinasti Qing. Atap masjid bergaya limas tiga tingkat yang dihiasi relief kepala naga.

Ornamen empat burung rajawali pada atap teratas menjadi harapan agar umat Islam bisa memandang persoalan setajam rajawali.

Bagian pucuk atap terdapat mustika berbentuk topi Putri Xin Chiang, wanita Cina pertama yang memeluk agama Islam, serta dilengkapi dengan lafaz Allah SWT pada puncaknya.

Di samping masjid Tan Kok Liong, terdapat sebuah pendopo yang berisi pusara kosong. Konon, Anton sengaja menyiapkan makam tersebut untuk dirinya.

Tepat hari ini kepergian Anton Medan, ia pun akan dimakamkan di pusara yang telah ia bangun di Pondok Pesantren At-Taibin.

Membangun Pondok Pesantren

Selain masjid, Anton juga mendirikan dua pesantren, pertama pesantren di Bekasi khusus untuk mantan narapidana dan pengangguran.

Usaha yang dimiliki Anton seperti bengkel dan pecel lele, menjadi tempat bekerja para santrinya agar bisa menghasilkan nafkah sendiri.

Pesantren lainnya yaitu Pondok Pesantren At-Taibin di Cibinong, tempat didirikannya Masjid Tan Kok Liong, didedikasikannya kepada para mualaf Tionghoa.

Pembangunan pesantren tersebut memakan waktu sekitar dua tahun, dan baru beroperasi sejak tahun 2004.

Gemar Berdakwah

Ilustrasi Anton Medan berdakwah (photo/fajararyanto)

Semenjak insaf dan menjadi mualaf, kehidupan sehari-hari Anton berubah. Anton menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia sejak tahun 2012.

Ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk membina para narapidana, memberikan konsultasi masalah narkoba, menjadi juru kampanye, hingga berdakwah.

Namun, Anton merasa kurang nyaman berdakwah di masjid, sehingga ia lebih memilih menerima undangan ceramah dari perusahaan.

Apalagi jika yang mengundang adalah masyarakat Tionghoa yang ingin mengetahui Islam lebih dalam, Anton akan lebih bersedia memberikan dakwah.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

TERPOPULER
TAG POPULER
BERITA TERBARU
Tentang Kami Redaksi Info Iklan Kontak Pedoman Media Siber Kode Etik Jurnalistik Pedoman AI dari Dewan Pers Karir