Setelah dua pekan tuduhan radikal terhadap dirinya bergulir, Mantan Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin akhirnya angkat bicara.
Din mengaku sama sekali tidak kaget ada pihak yang menganggapnya radikal.
"Ya, sangat tidak kaget. Terutama karena saya meyakini apa yang dituduhkan itu tidak faktual. Baik secara jati diri maupun watak saya untuk bertindak radikal. Dan apalagi kegiatan saya selama ini berkebalikan dengan radikal. Walaupun saya selama ini tidak setuju dengan deradikalisasi, proyek Presiden Bush itu," ujarnya saat diwawancarai Karni Ilyas dan disiarkan di kanal YouTube Karni Ilyas Club, Minggu, 21 Februari 2021.
Din tidak kaget bukan hanya karena tuduhan tersebut tidak sesuai kenyataan, melainkan juga karena adanya pemaknaan yang keliru dan sempit tentang kata 'radikal' itu sendiri, yang menjadikannya peyoratif.
"Karena itulah saya tidak kaget," katanya.
Din kemudian mengungkapkan bahwa tuduhan tersebut bukanlah hal yang baru. Hal tersebut, kata dia, berkaitan dengan terpilihnya dirinya sebagai anggota Majelis Wali Amanat (MWA) Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Ini sebenarnya bukan baru, ini sudah sejak beberapa bulan lalu, bahkan setahun lalu. Termasuklah patut diduga merekalah yang masang spanduk 'Pecat Din Syamsuddin dari MWA ITB Karena Radikal'," katanya.
Pada kesempatan itu pula, Din menegaskan bahwa dirinya menjadi anggota MWA karena diundang, sebagai perwakilan dari unsur masyarakat, bersama beberapa orang lainnya.
"Rupanya ITB, menjaring wakil dari masyarakat, 3 atau 4 orang, lewat pemilihan di senat akademik. Saya diam-diam diminta biodata saya dikirim ke sekretaris, 'jangan bilang ke Pak Din'. Rupanya saya nomor tertinggi yang mewakili masyarakat. Maka kami menjadi anggota MWA yang lain," katanya.
Din membeberkan, bahwa di tubuh MWA ITB ada pertarungan ideologis yang berujung pada tudingan dirinya radikal.
"Saya mengendus dari awal, ini ada aroma pertarungan ideologis. (Apakah ada) pertarungan jadi (dalam pemilihan anggota majelis) wali amanah saya tidak tahu. Ini suatu malapetaka bagi bangsa. Ini sudah lagu lama. Di UI, UGM, dan lainnya sudah pernah," kata dia.
Menurut Din, kehadiran dirinya di MWA ITB ditengarai akan memengaruhi pemilihan rektor di kampus plat merah tersebut.
"Segera segera MWA itu terbentuk, ada pemilihan rektor. Dua bulan sebelumnya. Saya sebagai pengamat politik, wah kok jadi begini. Saya sebenarnya tidak nyaman dengan situasi seperti itu. Saya tahu diri sebagai orang luar. Saya datang dari universitas lain, berada di situ saya janji tidak ikut terlibat. Tapi mungkin kehadiran saya mungkin ditengarai untuk pemilihan rektor ITB," kata dia.
Sebelum dirinya dituduh radikal, Din menyadari bahwa ada pernyataannya yang dipersoalkan oleh orang-orang di ITB, terkait keputusan MK tentang hasil Pilpres.
"Ketua MWA bernama Yani Panigoro itu, mengirim WA, yang mana saya waktu itu di Malaysia sedang makan siang bersama Rektor Universitas Islam Internasional Malaysia. Dia menyampaikan, 'Pak Din, banyak pihak di ITB yang tidak setuju atau berkeberatan dengan pernyataan bapak'. Saya kaget. Ternyata beliau itu gencar sekali minta saya mundur," beber Din.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: