Pemerintah Korea Utara menyatakan enggan melanjutkan dialog masalah persenjataan nuklir dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat, selama kedua negara tersebut terus melakukan 'ancaman' militer terhadap Korea Utara. Pernyataan ini dikeluarkan Kamis (22/8/2019) pagi waktu setempat.
Ultimatum ini dikeluarkan sehari setelah dua pesawat tempur siluman F-35 pesanan Korea Selatan, tiba di Seoul dari Amerika Serikat. Total ada 40 pesawat sejenis yang dipesan Korea Selatan dari Amerika Serikat. Akan tiba secara bertahap hingga tahun 2021 mendatang. Total saat ini ada enam F-35 siluman di Korea Selatan.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan, tindakan Korea Selatan melanggar perjanjian antar-Korea untuk mengurangi ketegangan lintas perbatasan, dengan menampilkan senjata dari Amerika Serikat yang disebutnya sebagai tindakan provokasi.
"Kami tetap dalam posisi kami untuk selalu menyelesaikan semua masalah dengan cara damai, melalui dialog dan negosiasi. namun, dialog disertai ancaman militer, tidak menarik bagi kami. Tindakan mengenalkan persenjataan mutakhir ini adalah provikasi serius," tulis pernyataan tersebut.
Sementara itu, Perwakilan Khusus Amerika Serikat untuk Korea Utara Stephen Biegun, kepada wartawan di Seoul, Rabu (21/8/2019) menyatakan, Washington berkeinginan untuk melanjutkan perundingan denuklirisasi yang sempat terhenti, setelah gagalnya kesepakatan dalam KTT Hanoi, Vietnam, Februari 2019 lalu.
Harapan kesepakatan bisa berlanjut, usai Presiden Amerika Serikat Donald Trump bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di zona demiliterisasi perbatasan Korea Utara-Korea Selatan pada 30 Juni 2019 lalu.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: