“Penyebab kecelakaan lalu lintas Indonesia ini korbannya dan penyebabnya 70 persen masih anak-anak muda,” ujar Hendrawan di sela penyerahan bantuan atribut keselamatan berkendara kepada pihak Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Rabu (7/5) di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK).
Untuk mengurangi kejadian kecelakaan berlalu lintas dikalangan anak muda, pihaknya secara gencar melakukan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga keselamatan dalam berkendara dan juga program peningkatan kepatuhan pembayaran kewajiban pemilik kendaraan bermotor.
Bahkan pihaknya bekerja sama dengan pihak kampus untuk melakukan kajian-kajian studi terkait regulasi, dan juga masukan dari sisi akademis.
“Hubungan yang terjalin dengan UGM ini bisa untuk saling memberikan manfaat bagi kedua belah pihak,” ujarnya.
Untuk meningkatkan kesadaran menjaga keselamatan berlalu lintas di lingkungan warga kampus, Jasa raharja secara simbolis menyerahkan atribut seperti helm, rompi, dan juga lampu lalu lintas dilakukan sebagai simbolis dari komitmen ini diberikan kepada perwakilan K5L, security GIK, dan juga 5 UKM yang ada di UGM, yaitu AIESEC, Komunitas GMRC, Pencak Silat, Forum Komunitas Unit Kegiatan Mahasiswa, dan juga komunitas E-Sport.
BACA JUGA Marak Kasus Keracunan MBG, Pakar UGM Berikan Solusi Ini
Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sujito, mengatakan bahwa kerja sama ini merupakan bagian dari komitmen UGM untuk membangun kemitraan dan kepentingan bukan hanya dalam pemerintah dan industri untuk memajukan inovasi dan juga transformasi pendidikan ini dapat berjalan dengan baik.
Melalui kerja sama ini, Arie berharap isu-isu soal kesehatan, keselamatan, dan keamanan pun kembali diingatkan kepada masyarakat di tengah banyak isu sosial dan politik yang terus berkembang.
BACA JUGA Enam Dua Besar RI Sambangi Rektor UGM, Bahas Apa ?
“Kita terus menerus mengajak mahasiswa untuk promosi keselamatan. Karena itu adalah bagian dari membangun karakter, kultur menjaga diri Itu bukan hanya tanggung jawab negara. Lebih dari itu, harus ada kemampuan, kemauan, dan inisiatif-inisiatif dari diri, dan kebiasaan itu bisa ditemukan dan itu bisa dilakukan jika kita melakukan pembiasaan sebagai praktik dasar,” pungkasnya.