Partai Golkar, PPP dan PAN yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) telah menyusun visi-misi untuk bekal mengarungi perhelatan Pilpres 2024.
Pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Airlangga Pribadi Kusman menilai langkah KIB menyusun visi-misi dan program koalisi dinilai cukup progresif. Namun, muncul juga dugaan bahwa upaya tersebut hanya sebatas untuk buying time.
"Itu langkah progresif, tapi kalau langkah itu hanya buying time, kita takutnya anti klimaks. Akhirnya sekedar politik transaksional. Jangan sampai langkah-langkah KIB yang sampai sekarang ini kelihatannya bagus, jangan sampai menjadi anti klimaks," kata Airlangga, Kamis (25/8/2022).
Airlangga menilai KIB melangkah secara progresif dengan catatan visi-misi dan program selanjutnya menjadi jalan bagi proses penjaringan calon presiden dan pelibatan calon bersama dengan uji publik.
Untuk itu, Airlangga menilai sikap KIB tidak ingin terburu-buru dalam melangkah sebagai bentuk kehati-hatian. Menurutnya, KIB mempertimbangkan dan melihat arah dan proses politik sebelum memutuskan penentuan nama calon presiden (capres).
Baca Juga: Sekjen PDIP Sebut Pilpres Idealnya Diikuti Dua Paslon dan Satu Putaran Saja
"Kalau Amerika itu prosesnya konvensi berbasis pada partai politik. Demorat punya konvensi sendiri, Republik juga demikian. Tapi kalau di Indonesia, model konvensi tidak relevan karena setelah konvensi dia harus membangun koalisi lagi," ujarnya.
Terpisah, Ketua Network for Indonesia Democratic Society (Netfid) Dahlia Umar mengatakan bahwa KIB berupaya tetap berada di orbit, tetap berada dalam perbincangan meski mereka belum memiliki Capres dan Cawapres.
“Mereka harus tetap berada di orbit trending partai yang diperbincangkan. Jelang pemilu mereka ingin dikenal, pertama mereka punya capres duluan. Ada yang curi start punya capres duluan, eksis, yang belum punya mereka harus mencari cara lain, salah satunya dengan mengenalkan program,“ ungkapnya.
Namun dengan KIB mengajukan program terlebih dahulu, ini malah bikin masyarakat nantinya penasaran. Dengan strategi ini, KIB kata dia berupaya mengamankan dulu koalisi mereka untuk kemudian beralih pada ‘belanja tokoh.
“Paling aman memang untuk mengamankan format koalisi dulu sehingga memenuhi syarat minimal 20% tadi. Adapun siapa capres dan cawapres tinggal membaca analisis internal, siapa yang paling menguntungkan saat mengajukan calon. Itu memang butuh waktu, karena mereka harus mengukur koalisi lawan juga.nantinya,“ tandas Dahlia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: