Satu-satunya siswa baru di SD (Ronaa Nisaus/Z Creators)
Di bangku paling belakang, Ataya Maseta Widyaningtyas tampak antusias mendengarkan penjelasan guru. Bajunya paling beda dengan teman sekelasnya lantaran dia seorang diri dari perwakilan kelas 1 SDN 1 Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Ponorogo, Jawa Timur.
Hasil penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2022/2023, SDN 1 Ngrogung hanya mendapatkan satu murid. Yakni, Ataya, anak perempuan asal Dukuh Ngrogung, Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo.
Meskipun hanya seorang diri di kelas, Ataya enggak merasa takut atau putus asa. Siswa berumur tujuh tahun itu tetap semangat mengikuti seluruh pelajaran di kelas dan patuh pada gurunya.
“Saya tidak apa-apa sendiri, banyak teman dari kelas dua,” kata Ataya saat mengikuti pembelajaran, Rabu (13/7/2022).
Minggu ini Ataya belum mulai belajar mata pelajaran kelas 1 lantaran masih dalam masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS). Pantauan Tim Z Creators, Ronaa Nisaus di sekolah, dia sedang belajar mengenal tentang kebersihan lingkungan dengan menyapu di halaman sekolah.
Ataya mengatakan dia baru tiga hari masuk sekolah. Pelajaran yang sudah diajarkan oleh gurunya yaitu menulis dan membaca. Sejak masuk kelas 1 SD, dia sudah bisa membaca.
“Saya sudah bisa membaca, ibu yang ngajarin di rumah. Paling suka dongeng tentang putri,” ujarnya.
Nur Setyowati, guru SDN 1 Ngrogung mengatakan Ataya sangat bersemangat dan percaya diri. Bahkan, orang tuanya sangat mendukung dia disekolahkan di SDN 1 Ngrogung meskipun tidak punya teman kelas.
“Kakaknya Ataya ini juga kelas 6 di sini, ortunya juga tidak mau memindahkan anaknya ke sekolah lain,” jelasnya.
Dengan semangat orang tua dan anak yang percaya diri itu, Nur berjanji bakal serius mendidik Ataya. Dia juga tetap berupaya mempertahankan Ataya dan memperlakukan secara istimewa.
“Saya akan lebih istimewakan anak ini. Saya salut dengan orang tua yang menyekolahkan di sini meskipun tidak ada teman kelas,” tutur Nur sambal menyeka air mata.
Nur menambahkan, sebenarnya sesuai dengan jumlah penduduk di sekitar sekolah, bisa mendapatkan empat murid. Namun, orang tua dari tiga calon murid lainnya memilih sekolah di SDN Sahang, atau di desa tetangga.
“Padahal jaraknya sama antara ke Sahang dan ke sini,” katanya.
Sebenarnya, saat pembukaan pendaftaran, pihaknya sudah mendatangi rumah semua calon murid yang rumahnya di Dukung Ngrogung. Bahkan, Nur juga berupaya membujuk orang tua agar menyekolahkan ke SDN 1 Ngrogung.
Namun, para orang tua itu beralasan bahwa jumlah murid di sana sedikit dan memilih sekolah yang ramai muridnya di kelas. Sebab, mereka beranggapan anaknya bakal semangat belajar jika banyak temannya.
“Mereka tidak mau menyekolahkan di sini karena muridnya sedikit,” tutupnya.
Selain Ataya, Azzam, siswa kelas 1 di sebuah SD Negeri di Solo juga mengalami nasib serupa. Ia menjadi satu-satunya siswa baru di sekolah tersebut. Simak kisahnya berikut ini:
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: