Rumini semasa hidup. (Istimewa)
Meletusnya Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu (4/11/2021) menyisakan berbagai kisah memilukan.
Salah satu yang paling banyak menyentuh perasaan khalayak adalah kisah Rumini (28 tahun), seorang perempuan yang dikabarkan meninggal dunia dalam posisi memeluk seorang wanita tua bernama Salamah (70 tahun), di rumah mereka di Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro, Lumajang.
Menurut warga setempat, saat awan panas erupsi Semeru menyapu desa mereka, Salamah diduga tidak kuat untuk berlari. Sementara Rumini, tidak tega meninggalkan Salamah sendirian.
Belakangan diketahui, Salamah bukanlah ibu Rumini, melainkan neneknya.
Rumini sendiri, selama hayatnya di dunia, dikenal sebagai perempuan baik hati. Dia tidak sombong dan suka menolong.
Sebagai bukti cintanya pada neneknya itu, Rumini memilih untuk mati bersama neneknya ketimbang menyelamatkan diri seorang diri--tindakan yang sejatinya bisa saja ia lakukan jika ia menuruti egonya.
Karena viralnya kisah Rumini, sampai-sampai ada seorang relawan bernama Bayu Gawtama yang menuliskan kisah Rumini dan neneknya itu.
Bayu menuliskan kisah fiksi berangkat dari kisah nyata Rumini. Dalam tulisannya, Bayu menganggap Salamah sebagai ibu Rumini. Padahal Salamah adalah nenek Rumini. Berikut tulisan Bayu.
Rumini Namamu
Mungkin kami harus belajar darimu tentang mencintai, terutama ibu. Tak rela kau tinggalkan ibumu saat erupsi Semeru menyerang desamu, Curah Kobokan, Candipuro, Lumajang, Sabtu 4 Desember 2021.
Rumini (28) ditemukan meninggal dunia berpelukan dengan sang ibu, Salamah (71) yang sudah renta dan tak sanggup berjalan. Pilihan berat bagi Rumini, antara lari menyelamatkan diri atau meninggalkan sang ibu yang tak sanggup berjalan. Rupanya Rumini memilih untuk mendekap sang ibu berjuang hadapi terjangan erupsi Semeru. Jasad keduanya ditemukan di dapur rumah mereka.
Namamu melangit, malaikat menyambut ruh yang mewangi meski tubuh terbakar material panas, nafas terakhir mu saat memeluk ibumu, InsyaAllah seluruh penduduk langit kini tengah memelukmu.
Kami seluruh relawan di Semeru tak kuasa membendung haru, Rumini telah ajarkan kami tentang kesungguhan mencintai dan berbakti kepada ibu.
Angkat topi sejuta kali untukmu, Rumini.
Tak terasa air mata menetes menulis kisahmu. Alfatihah
Setelah tulisan pertamanya viral hingga dibagikan 11 ribu lebih akun Facebook Bayu menulis kisah kedua tentang Rumini.
Berikut kisahnya.
Rumini, kami yakin kau sedang tersenyum di langit. Sebab begitu banyak orang di bumi menyebut namamu, begitu besar cintamu pada ibumu, Salamah.
Teruslah tersenyum Rumini, kau memilih mendekap surgamu, InsyaAllah kau akan masuk surga dengan membawa serta kuncinya, ibumu. "Kenapa harus lari jika surga bisa kupeluk?"
Kini Rumini bukan hanya dalam pelukan ibunda, pelukan Semeru, boleh jadi dalam kehangatan sambutan penduduk langit.
Kami pantas iri kepadamu, Rumini.
Semeru, 4 Desember 2021, semestinya layak untuk selalu dikenang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: