Kategori Berita
Media Network
Selasa, 30 NOVEMBER 2021 • 18:18 WIB

Dijuluki Jenderal 'Baliho', Dudung Ungkap Pernyataan HRS yang Buat Darahnya Mendidih

KSAS Jenderal TNI Dudung Abdurachman ungkap soal penurunan baliho HRS. (Youtube/Deddy Corbuzier)

Dijuluki dengan Jenderal 'Baliho' Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Dudung Abdurachman mengungkap di balik dengan instruksinya menurunkan baliho Habib Rizieq Shihab di Jakarta.

Hal ini disampaikan Dudung dalam acara podcast Deddy Corbuzier seperti yang dikutip Indozone, Selasa (30/11/2021).

"Begitulah kalau menurut saya. Saat masuk ke Kodam Jaya, saya lihat baliho bergelimpangan. Udah gitu nadanya seruan jihad, revolusi akhlak lah. Udah ada baliho yang disembah-sembah," ujar Dudung.

Baca juga: Selain Jenderal Andika Perkasa, Presiden Jokowi Juga Lantik Letjen Dudung Jadi KSAD

Dudung mengaku mempelajari terkait dengan keberadaan Habib Rizieq Shihab yang saat itu sedang dielu-elukan usai pulang ke tanah air dari Mekkah. 

Presiden Jokowi lantik Jenderal TNI Dudung Abdurachman sebagai KSAD, Rabu (17/11/2021). (Youtube Setpres)

 

Dia bahkan melihat video lama terkait ujaran yang pernah disampaikan Rizieq Shihab.

"Saya lihat di situ berani sekali menyebut pimpinan, Presiden kita dengan kata-kata yang tiak bagus. Sebagai warga negara mengganti nama presiden kita yang tidak benar. Mendidih darah saya kalau gitu tuh. Panas sudah," katanya.

Akhirnya pihak kepolisian, Satpol PP dibantu dengan TNI menurunkan baliho-baliho karena banyaknya dapat laporan.

"Memang sudah meresahkan. Bersama Pol PP, Polisi dibantu TNI, ada surat dari Wali Kota minta bantuan kepada TNI untuk menertibkan itu," katanya.

Dududung Abdurachman saat menjabat sebagai Panglima Kodam Jaya. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto).

 

Dudung membeberkan kalau ada 338 laporan yang masuk terkait dengan keresahan di masyarakat.

"Jadi kantor Pol PP di Jakarta didatangi oleh FPI dan suruh pasang lagi (Baliho) jam 11 malam. Kan gendeng itu. Memang mereka ini siapa. Saya bilang ini negara harus hadir di situ. Kalau dibiarkan ini bahaya," bebernya.

Dudung mengungkapkan usai aksi penurunan baliho tersebut, pihak Satpol PP sudah merasa ketakutan usai diminta agar baliho yang diturunkan untuk dinaikkan lagi.

"Pol PP udah ketakutan. Udah didatangi bawa parang segala kok. Masa kita diam aja," kata Dudung.

Karakter berani yang dimiliki Dudung ternyata sudah ditempa sejak kecil. Ini setelah ayahnya meninggal hingga ibunya menjadi orangtua tunggal membesarkan anak-anaknya.

Saat serba kesulitan itu, Duduk pun sudah bisa membantu ekonomi keluarga dengan  berjualan kue milik tetangganya.

Saat duduk di bangkus SMA, barulah Dudung bekerja sebagai loper koran harian Kompas. 

Upah bulanan saat itu jadi loper cuma 12 ribu. Dia mulai menganterkoran mulai jam 4 pagi di Cikapundung, Jawa Barat. 

Namun dia sebelumnya mengasah pengetahuannya dengan membaca koran melalui kolom 'tajuk rencana' yang ada di sana.

Setiap pagi dia harus menjalani pekerjaannya sebagai loper koran menggunakan sepeda. Banyak kesulitan yang dihadapinya, karena sepedanya tidak ada rem hingga harus menggunakan rem manual pakai sendal.

"Jadi remnya rusak, juga pedalnya sudah gak ada. Tinggal besinya doang. Jadi remnya sendal bekas. Jadi kalau ngerem tinggal diijek aja sama kita. Sedal capit," katanya.

Setelah dini hari loper koran, pagi hari Dudung masih berjualan kue buatan ibunya untuk diantar ke pelanggan.

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Dijuluki Jenderal 'Baliho', Dudung Ungkap Pernyataan HRS yang Buat Darahnya Mendidih

Link berhasil disalin!