Tren ikoy-ikoyan (Instagram/ariefmuhammad)
Psikolog dari Universitas Indonesia, A. Kasandra Putranto menilai, tren aksi "ikoy-ikoyan" yang dipopulerkan oleh Arief Muhammad di media sosial bisa menimbulkan efek kebiasaan, di mana setiap kesulitan diatasi dengan meminta bantuan kepada orang lain tanpa adanya usaha terlebih dahulu.
"Berbagi pada dasarnya adalah hal yang baik sebagai makhluk sosial. Namun kita sudah diajarkan sejak kecil bahwa kita tidak seharusnya memamerkan hal tersebut," katanya, Kamis (12/8), dikutip dari Antara.
Ikoy-Ikoyan sendiri adalah sebutan untuk hadiah yang diberikan kepada para followers yang mengirim DM maupun komentar unik dan lucu di akun Instagram influencer tersebut.
Namun belakangan ini, tren ikoy-ikoyan tersebut pun semakin ramai dan tersebar. Pasalnya, masyarakat pun tak hanya meminta 'hadiah' kepada Arief Muhammad melainkan beberapa artis maupun influencer.
Menurut Kasandra, tren 'ikoy-ikoyan' itu tergantung dari motif dan cara untuk melakukannya. Sebab, hal ini akan merefleksikan profil psikologis, baik intelegensi dan kepribadian seseorang.
"Dengan meyakini prinsip law of attraction, kita akan memetik apa yang kita tanamkan. Berbagi karena pamrih, atau memang karena mengasihi sesama," ujarnya.
Di sisi lain, karena tren yang dibuatnya itu, Arief Muhammad menyayangkan adanya beberapa followers yang membuat tren ini jadi tak terkendali.
"Pertama jadi spam banget, jadi annoying, jadi kayak mengemis. Padahal gue berkali-kali bilang jangan ngemis. Karena nggak bakal gue kasih. Jangan bikin cerita-cerita sedih, bohong dan lebay. Santai saja. Gue nggak kemana-mana," katanya, dikutip dari akun YouTube Denny Sumargo, Kamis (12/8).
"Gue nggak peduli juga, gue bikin ini bukan untuk tren juga. Gue pengen aja main berbagi kepada followers," pungkasnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: