Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher meminta pemerintah agar memastikan stok vaksin Covid-19 dalam negeri tak ada kekurangan. Hal ini diperlukan untuk mewujudkan target 3-5 juta dosis perhari sebagaimana yang diinginkan oleh pemerintah agar percepatan herd immunity.
"Bagaimana pemerintah mewujudkan target 3-5 juta dosis suntikan per hari, jika stok vaksin kurang? Bahkan beberapa daerah sudah mengeluhkan kekosongan vaksin. Jangan sampai kekosongan vaksin menjadi hambatan dalam percepatan herd immunity," ujar Netty dalam keterangannya kepada Indozone, Jumat (6/8/2021).
Netty berkata, agar stok vaksin pemerintah seharusnya melakukan langkah cepat dengan pengadaan vaskin. Sehingga stok vaksin selalu tersedia dan kemudian disuntikan kepada masyarakat.
"Lakukan percepatan pengadaan vaksin, antara lain melalui skema vaksin hibah dari WHO atau negara sahabat lainnya. Optimalkan peran sebagai anggota Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) agar lebih banyak mendapatkan stok vaksin gratis," katanya.
Baca Juga: Selain UU Pornografi, Aksi Bikini Dinar Candy Disebut Juga Layak Dikenakan UU ITE
Selain itu, Politikus mendorong agar pemerintah meningkatkan kapasitas produksi vaksin dalam negeri dengan mengolah vaksin bentuk bulk.
"Indonesia membutuhkan jumlah vaksin yang sangat besar. Pemerintah harus mendorong industri farmasi dalam negeri meningkatkan kapasitas produksi agar vaksin dalam bentuk bulk bisa segera diolah menjadi vaksin siap suntik,” tambahnya.
Mengenai info stok vaksin di sejumlah daerah yang dilaporkan mulai menipis hingga sudah habis, Netty memandang pemerintah harus memeriksa proses distribusi vaksin. Pemeriksaan tersebut diperlukan agar tidak ada penylahgunaan distribusi vaksin Covid-19.
"Pastikan penyaluran vaksin merata dan berbasis pada risiko dan target prioritas atau public health (kesehatan masyarakat), bukan pada ekonomi maupun politik. Jangan salahgunakan distribusi vaksin pada hal-hal selain kepentingan kesehatan masyarakat. Prioritaskan distribusi melalui pemerintah daerah,” tambahnya.
Lebih lanjut dia memaparkan juga bahwa saat ini tingginya risiko dan angka kasus tidak hanya terjadi di Jawa- Bali. Oleh karena itu, lanjutnya, daerah di luar Jawa-Bali juga harus mendapat perhatian yang proporsional dalam pendistribusian vaksin.
“Bisa kacau jika distribusi vaksin tidak menggunakan indikator kesehatan masyarakat. Saat ini daerah berisiko tinggi juga terjadi di luar Jawa- Bali. Memprihatinkan jika daerah-daerah tersebut kekurangan vaksin dan bahkan stoknya kosong," tutupnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: