Keluarga Akidi Tio saat beri sumbangan Rp 2 Triliun ke Polda Sumsel. (Foto/Disway)
Publik masih menantikan pencairan sumbangan dalam jumlah fantastis Rp 2 triliun dari keluarga konglomerat pengusaha Akidi Tio yang janji manisnya diberikan untuk penanggulangan pandemi Covid-19 di Sumatera Selatan.
Terakhir sudah satu pekan lalu sejak janji itu disampaikan dalam acara resmi di Markas Polda Sumsel di Jl. Jend. Sudirman KM 3,5, Kel. Pahlawan Kecamatan Kemuning, Kota Palembang.
Acara pemberian sumbangan itu dilangsungkan Senin 26 Juli 2021, namun waktu berlalu uang triliunan itu belum juga sampai di rekening yang disediakan.
Terakhir wartawan senior Dahlan Iskan mendapatkan informasi dari sumber terpercaya kalau sumbangan Rp 2 triliun bakal ditransfer hari ini, Senin (2/8/2021).
Dahlan Iskan menyebut kalau sumber Si Wanita cantik yang uangnya dipinjam oleh putri bungsu Akidi Tio sebesar Rp 3 miliar juga saat ini sedang berkeringat dingin.
Pasalnya ia juga dijanjikan uang yang dipinjam bakal dikembalikan setelah dana triliunan dari sebuah bank di Singapura dicairkan.
"Saya stres Mas. Tangan saya sampai dingin. Jadi nggak ya Senin cair."
Yang mengatakan itu Si Cantik (baca Disway Sabtu, 31 Juli 2021: Menunggu 2 T) yang punya tagihan Rp 3 miliar sejak lama. Senin hari ini dijanjikan cair seperti dikutip dari tulisan Disway.id Dahlan Iskan.
Saya memang menghubungi Si Cantik lagi Minggu sore kemarin. Sampai beberapa kali.
"Apakah hari ini ada kontak lagi dengan H?" tanya saya pada Si Cantik. ''H'' adalah kode yang kami gunakan untuk membicarakan Heryanti, putri bungsu Akidi Tio, yang menyumbang uang Rp 2 triliun ke Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri.
"Baru saja saya telepon dia lagi," kata Si Cantik. "Hari ini saya telepon H dua kali. Saya begitu berharap. Sampai stres. Nih tangan saya sampai dingin."
"Senin jadi cair?"
"Jadi, katanyi. Dia bilang tegas sekali: jadi," jawabnyi. "Senin pagi akan ditransfer dengan cara RTGS lewat Bank Mandiri."
"Gak jadi Bank BRI?" tanya saya.
"Iya dulu dia bilang lewat BRI, sekarang Mandiri."
"Kok Prof Hardi pernah bilang lewat BCA?"
"Saya tidak tahu".
Prof Dr dr Hardi Dermawan adalah guru besar Unsri yang diminta H mendampingi saat menyerahkan bantuan ke Kapolda.
"Berarti Senin besok (hari ini) beres?"
"Beres".
"Anda percaya?"
"Percaya".
"Skala 1 sampai 100 di skala berapa kepercayaan Anda?"
"70," jawab Si Cantik yang punya pekerjaan terhormat dan pendidikan sangat-sangat tinggi itu.
"Minggu lalu skala Anda itu berapa?"
"50".
"Tiga bulan lalu?"
"30".
"Pernah nggak, kepercayaan pada janji bayar utang Rp 3 miliar ke Anda itu hanya di skala 1 saja?"
"Pernah. Yaitu 4 bulan setelah suami saya meminjamkan uang itu."
"Anda kan pernah bilang ke saya, H sebenarnya tidak tahu kalau papanyi punya uang di Singapura. Teman Papa H-lah yang memberi tahu H bahwa Papanyi punya uang di bank di Singapura. Mungkinkah orang yang memberi tahu itu sebenarnya hanya orang yang ingin cari uang dari H? Dengan cara memberi harapan yang belum tentu ada?"
"Teman Papa H itu orang baik. Tidak mungkinlah mencari uang dengan cara itu," ujar Si Cantik.
"Saya senang skala kepercayaan Anda naik sekarang ini."
"Angkanya naik turun tajam, Mas. Seperti periksa jantung," katanyi.
"Dasar wanita pinter. Materi humornyi pun cerdas," kata saya.
"Kapan ke Palembang?" tanyanyi.
Masih banyak pembicaraan saya dengan Si Cantik dengan 5 ''i'' itu. Tapi terlalu menarik kalau saya tulis semua hari ini. Padahal, ingin saya, hari ini saya tidak akan menulis soal 2 T itu. Saya ingin perhatian kita pindah fokus ke Karina. Apa yang ditemukan Karina begitu pentingnya. Kok dikalahkan dengan stres 2 triliun.
Tapi itulah ''dosa'' jurnalistik. Yang ''penting'' sering dikalahkan oleh yang ''menarik''. Kali ini saya ingin melawan dosa itu: Karina harus jadi tulisan pertama hari ini. Biarlah soal 2 T jadi tulisan kedua.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: