Heboh soal dua anggota Paskibraka dari Sulawesi Barat (Sulbar), gagal menjadi pengibar bendera di Istana Negara pada HUT ke-76 RI pada 17 Agustus mendatang.
Mereka berdua gagal terbang ke Jakarta karena hasil tesnya positif Covid-19. Peristiwa ini menjadi polemik setelah keluarga salah satu anggota Paskibraka tersebut membuat surat terbuka untuk Presiden Jokowi.
Kedua paskibraka yang gagal berangkat ke Istana Negara tersebut adalah Arya Maulana Mulya dari SMA Negeri 2 Majene dan Christina dari SMA Negeri 1 Mamasa.
Mereka awalnya menjadi perwakilan Sulbar setelah melewati seleksi ketat di tingkat kabupaten hingga provinsi. Namun, karena positif Covid-19, mereka pun digantikan.
Arya digantikan oleh Muhammad Juandi Ali dari SMA Negeri 3 Polewali Mandar. Sementara, Christina digantikan Anggi F Tamuntuan yang berasal dari SMAN 1 Mamasa.
Kakak sepupu Christina, Melkisedek Takatio, merasa ada kejanggalan dalam pergantian ini. Kejanggalannya adalah:
1. Setelah dinyatakan positif, Christina dilepaskan begitu saja dari Mamuju naik mobil ke Mamasa tanpa ada tindakan termasuk tanpa APD.. intinya tanpa penanganan.
2. Christina adalah calon utusan utama dan ada cadangan dari Pasangkayu. Tapi yang berangkat adalah anak dari Mamasa, bukan yang cadangan tadi.
3. Christina ditawari jadi paski di tingkat provinsi dan bebas pilih peran apa saja termasuk jadi pembawa baki kalau mau. Melkisedek heran kalau adiknya benar positif, kok bisa tetap menjadi paski provinsi.
4. Keluarga telah melakukan tes swab PCR ulang dan hasilnya negatif. Padahal baru tiga hari sebelumnya dia dinyatakan positif Covid-19
Kejanggalan yang dipertanyakan keluarga adalah kenapa pengganti Christina bukanlah paskibraka yang masuk daftar cadangan, yaitu Nur Aliyah dari Kabupaten Pasangkayu.
Yang menjadi penggantinya malah Anggi F Tamuntuan yang tidak masuk daftar cadangan sama sekali.
Kadispora Sulbar, Hamzih mengatakan Nur Aliyah sebenarnya sudah dihubungi, tapi tak punya waktu untuk melengkapi berkas administrasi. Alhsil, mereka memilih Anggi yang merupakan teman satu sekolah Christina.
"Anggi ini urutan ketiga setelah Christina dan dari Pasangkayu itu. Kami telepon ke Mamasa saat itu, ternyata dia on the way ke Makassar. Jadi kami langsung minta tes swab agar bisa berangkat," ujar Hamzih.
Hamzih memastikan tidak ada "permainan" dalam perekrutan anggota Paskibraka karena tim penilainya terdiri atas TNI, Polri, dan Dispora Sulbar.
Mereka akan mengusahakan pemerintah pusat tetap memberi sertifikat kepada Arya dan Christina yang gagal berangkat.
"Kalau nantinya mau masuk ASN, Polri atau TNI, bisa diprioritaskan lewat jalur prestasi," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Kristina lahir dari keluarga yang pas-pasan secara ekonomi. Orangtuanya adalah petani di dusun lemba-lemba di desa Salutabang, yang bekerja keras menafkahi tiga anaknya.
Namun, hal itu tidak mencegah Kristina bermimpi menjadi seorang polisi wanita (polwan). Sayang, kesempatan emas mengibarkan Bendera Merah Putih di Istana Negara tiba-tiba pupus karena dinyatakan positif terpapar corona.
Namun, keluarga Kristina merasa ada kejanggalan dalam hasil tes swab PCR yang dilakukan pihak Dinas Pemuda dan Olahraga Sulbar, Sabtu (24/7/2021).
Mereka heran kenapa setelah Kristina dinyatakan positif Covid-19, gadis itu dipulangkan ke Mamasa hanya dengan mobil rental. Tidak ada pendampingan seperti penanganan pasien Covid-19 pada umumnya.
Keluarga akhirnya melakukan tes swab PCR ulang pada Senin (26/7). Hasilnya keluar pada Selasa (27/7/2021) dan Kristina dinyatakan negatif Covid-19. Hanya dalam tiga hari, statusnya berubah.
Kejanggalan lain adalah soal pengganti Kristina. Yang menggantikan Kristina bukanlah cadangan awal dari daerah Pasangkayu yang sudah dipersiapkan, melainkan pelajar lain dari Mamasa.
Dia merasa sangat kecewa dan sedih karena batal menjadi Paskibraka di HUT RI di Istana Negara, apalagi jika sampai batal gara-gara "permainan orang dalam".
"Perasaannya pasti sedih, tapi di balik semua ini saya sangat percaya bahwa ada rencana Tuhan yang lebih baik," kata siswi SMA Negeri 1 Mamuju ini saat melakukan konferensi pers di Mamasa, Rabu (28/7/2021).
Aktivis Herman Yunus juga meminta agar pemerintah mengusut tuntas dugaan permainan orang dalam di peristiwa ini.
"Gagalnya ananda kristina diduga keras akal-akalan dan meminta semua stakeholder untuk mengusut tuntas siapa oknum yang bermain," tulis Herman Yunus di akun Facebooknya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: